samudrafakta.com

Bung Karno Naik Haji (4 – Habis): Mendapat Haji Akbar, Dicurigai Berhaji karena Kepentingan Politis

Presiden Sukarno beruntung karena saat menunaikan ibadah haji tahun 1955, puncak ibadah pada tanggal 9 Dzulhijjah kala itu bertepatan di hari Jumat, atau biasa disebut Haji Akbar. Namun demikian, ada yang curiga Sukarno berangkat haji bukan murni untuk ibadah, tetapi untuk keperluan politis.

“Di hari Jumat tahun 1955 aku menjalankan ibadah haji di Mekkah. Naik haji di hari yang suci ini membikin seseorang menjadi Haji Akbar, Haji Besar. Ini menandakan bahwa orang mempunjai jiwa keagamaan tujuh kali lebih dalam daripada manusia biasa rata-rata,” kenang Sukarno, dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, besutan Cindy Adams.

Keberkahan lain yang didapatkan Bung Karno dan rombongan dalam ibadah haji kala itu adalah bisa melihat berbagai momen penting dan menarik, seperti penyucian Kakbah dan penggantian kiswah, kain yang menyelimutinya.

Saat ke Mekkah di musim haji tahun 1955 itu, Bung Karno juga tak hanya datang sebagai orang Islam, namun juga seorang pemimpin negara besar yang menjadi salah satu pencetus Gerakan Non Blok dan Konferensi Asia Afrika. Maka, tak heran sambutan kehormatan didapatkan Bung Karno, mulai dari Raja Saud, Pangeran Faisal di Riyadh, dan Gubernur Jeddah.

Baca Juga :   Sukarno dan Khrushchev (3): Makam Imam Bukhari, Jejak Sukarno yang Masih Tertapak di Uzbekistan  

Ketika hendak kembali ke Tanah Air, Bung Karno pun mendapatkan hadiah kiswah. “Raja Saud memotong-motong kiswah atau kain penutup Kakbah dibikin dari tenunan kain sutera berhiaskan kaligrafi terbuat dari 120 kilogram emas murni dan berpuluh-puluh kilogram perak. Potongan-potongan kiswah tersebut kemudian dibagikan kepada tamu-tamu kerajaan,” kata Bung Karno, dikutip dari Ensiklopedia Keislaman Bung Karno (2018).

Roso Daras, dalam Total Bung Karno: Serpihan Sejarah yang Tercecer (2014), menulis, karena ikut dalam Haji Akbar, Sukarno mendapat tambahan nama “Ahmad” di depan namanya. Akan tetapi, Bung Karno tidak menyandangkan nama Ahmad maupun gelar haji di depan namanya. Maka dari itu, dia pernah berang manakala seorang wartawan Amerika Serikat menuliskan namanya sebagai Ahmad Sukarno.

Artikel Terkait

Leave a Comment