Raden Patah (3): Mereformasi Wayang, Membangun Fondasi Ekonomi dengan Koin Beraksara Pegon

Raden Patah adalah sosok penguasa, negarawan, seniman, ahli hukum, ahli ilmu kemasyarakatan, dan ulama. Sebagai penguasa politik, Raden Patah berperan penting dalam mengembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran Islam bersama-sama dengan Wali Songo.

Menurut R. Poedjosoebroto, Raden Patah, sangat gemar pada kesenian wayang—pertunjukan seni yang juga sangat digemari oleh penduduknya. Dia memiliki gagasan secara politis untuk memanfaatkan seni pertunjukan kegemarannya tersebut sebagai sarana dakwah Islam.

Kendati secara politis Raden Patah memiliki kewenanga untuk menerapkan metodologi apa pun guna penyebarluasan dakwah Islam, dia tidak memutuskan langkah-langkah strategis politik dakwah itu secara otoriter. Dia tetap memohon pertimbangan dari para ulama dalam Dewan Wali Songo untuk mengembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran Islam.

Hasil pertimbangan para wali itu kemudian diimplementasikannya sebagai kebijakan untuk membangun masyarakatnya. Sebagaimana tercatat dalam historiografi Jawa, terkait kebijakan wayang, para wali memberikan beberapa saran kepada Raden Patah, antara lain:

Bacaan Lainnya
  1. Seni wayang perlu dan dapat diteruskan, asal diadakan perubahan-perubahan yang sesuai dengan zaman yang sedang berlaku;
  2. Kesenian wayang dapat dijadikan alat media dakwah Islam yang baik;
  3. Bentuk wayang diubah. Bagaimana perubahannya dan dibuat dari apa, terserah, asal tidak lagi berwujud seperti arca-arca yang mirip manusia;
  4. Cerita-cerita dewa harus diubah dan diisi paham yang mengandung jiwa Islam untuk membuang kemusyrikan;
  5. Cerita wayang harus diisi dakwah agama yang mengandung keimanan, ibadah, akhlak, kesusilaan, dan sopan-santun;
  6. Cerita-cerita wayang terpisah menurut karangan Walmiki (Mahabharata) dan Wiyasa (Ramayana) harus diubah lagi menjadi dua cerita yang bersambung dan mengandung jiwa Islam;
  7. Menerima tokoh-tokoh cerita wayang dan kejadian-kejadian hanya sebagai lambang yang perlu diberi tafsiran tertentu, yang sesuai perkembangan sejarah, di mana tafsiran-tafsiran harus sesuai dengan ajaran Islam;
  8. Pergelaran seni wayang harus mengikuti aturan susila dan jauh dari maksiat;
  9. Memberikan makna yang sesuai dakwah Islam pada seluruh unsur seni wayang, termasuk gamelan, tembang-tembang, tokoh-tokoh, dan lakon-lakon.

Berdasarkan masukan dari para wali tersebut, Raden Patah pun memutuskan agar bentuk wayang dibuah pipih menjadi dua dimensi dan digambar miring sehingga tidak menyerupai relief candi, tetapi diperindah dan perbagus untuk menghilangkan kesan-kesan meniru wayang di candi. Wayang dibuat dari kulit kerbau yang ditatah halus, diberi warna dasar dari tulang bubuk berwarna putih; sedangkan gambar pakaian diberi warna hitam. Gambar muka wayang pun dibuat miring dengan tangan menjadi satu dengan badan (irasan) diberi gapit untuk menancapkan pada kayu yang diberi lubang khusus.

Sementara menurut Zarkasi, salah satu sumbangan penting Raden Patah dalam usaha pengembangan wayang sebagai alat dakwah adalah menciptakan kayon (gulungan) yang ditancapkan di tengah panggung kelir dan menciptakan simpingan.

Sedangkan menurut Sri Mulyono, Raden Patah, membuat suatu perangkat gamelan laras pelog, yang pada hari-hari tertentu ditempatkan dan dibunyikan di halaman Masjid Agung Demak. Gamelan itu disebut Gamelan Sekati. Tradisi inilah yang sampai sekarang masih dijalankan di Keraton Surakarta dan Yogyakarta pada tiap Bulan Maulud dalam perayaan Maulid Nabi, yang disebut perayaan Sekaten—yang berasal dari kata Syahadatain.

Tradisi Sekaten di Keraton Surakarta, meneruskan tradisi yang dibangun oleh Kerajaan Demak era Raden Patah. (Dok. Ist.)

Keraton Kasunanan Surakarta sendiri memiliki dua gamelan, yaitu Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari, yang akan ditabuh selama satu pekan di setiap gelaran Sekaten di Solo. Pada zaman Demak, hari besar yang harus dimeriahkan adalah Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *