samudrafakta.com

Bung Karno Naik Haji (2): Pergi Haji setelah Mendapat ‘Desakan’

Presiden Sukarno, sebagai seorang Muslim, juga mengerjakan ibadah haji. Dia pergi haji pada tahun 1955. Itulah satu-satunya ibadah haji yang dia kerjakan. Berangkat haji setelah mendapat ‘desakan’ dari banyak pihak.

Sukarno beberapa kali melewatkan kesempatan untuk ibadah haji. Kesempatan untuk itu, antara lain, datang pada tahun 1953 dan 1954, namun tak dia ambi. Lantaran sikapnya itu, muncul berbagai persepsi miring terhadapnya. Dia menjadi sasaran berbagai macam tuduhan, mulai dari komunis, atheis, hingga penganut theosofi.

Menurut H.A. Notosoetardjo dalam bukunya,  Bung Karno Mentjari dan Menemukan Tuhan (Cetakan Kedua, 1963), Bung Karno baru mendapatkan inspirasi naik haji ketika berada di Tanah Suci pada musim haji tahun 1953. Ketika itu dia berkunjung ke Arab Saudi untuk kunjungan kenegaraan, bukan untuk naik haji.

“Di Jeddah, Mekkah, Madinah (pada tahun 1953), di luar dugaanku, pengarang, wartawan, komentator radio dan lain-lain ditemukan Allah denganku. Pertanyaannya selalu berkisar: Benarkah Bung Karno itu komunis atau ditunggangi oleh orang-orang komunis? Kujawab tegas dengan bukti dan fakta, ‘Bung Karno bukan komunis, bukan atheis, ia adalah Muslim yang mukmin’.”

Baca Juga :   Nama Kusno Diganti Sukarno di Kediri: Sebuah Fakta Sejarah

“Satu saat aku berada di depan Hajarul Aswad, kemudian berpindah ke Hijir Ismail, aku berdiri tepat di bawah pancaran emas Kakbah, tangan dan dadaku kurapatkan pada dinding dan Kiswah Kakbah. Dalam aku mendoa kepada Allah, terlintas rasa, tersusun kata-kata, ‘Bung Karno mencari dan menemukan Tuhan’. Bukan berhala. Bukan api atau matahari. Bukan kayu atau batu. Tapi Allah Arrahman Arrahim, Maliki Yaumiddin.”

Pada musim haji tahun 1953 itu, Sukarno belum bisa menunaikan rukun Islam kelima itu. Dia beralasan perhatiannya masih tersita oleh polemik yang berlangsung di kabinetnya. Begitu pula pada musim haji tahun berikutnya, 1954, ia tak bisa hadir di negerinya Raja Saud itu. Baru pada musim haji tahun 1955 dia melaksanakan ibadah tersebut.

Bung Karno akhirnya naik haji setelah mendapat ‘desakan’ dari berbagai kalangan umat Islam kala itu, salah satunya dari warga Nahdlatul Ulama Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Madura. Warga Nahdliyin di di sana bahkan membentuk “Panitia Pemberangkatan Naik Hadji Presiden”.

Baca Juga :   Presiden Ramah Tembakau (2—Habis): Gus Dur Beri Angin Segar Industri Iklan Rokok dan Tolak Fatwa Haram MUI

Sebagaimana dilansir majalah bulanan Berita LINO No. 5 tahun kedua, 17 Januari 1953, kepanitian tersebut diketuai oleh Raden H. Ahmad Saleh Walykrama. Tugas kepanitian itu adalah mendesak agar Sukarno pergi haji. Mereka berkirim surat ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) agar juga mendesak Presiden.

Artikel Terkait

Leave a Comment