samudrafakta.com

KH. Abdul Wahab Chasbullah (2): Inisiator NU, Menyatukan Ulama Sunni dan Syiah untuk Mendukung Kebebasan Bermazhab

Sedangkan menurut Ensiklopedia NU, utusan atau Komite Hijaz yang dibentuk para ulama itu baru berangkat pada tahun 1928—atau dua tahun setelah lahirnya NU. Mereka adalah Kiai Wahab dan Syekh Ghanaim Al-Mishry.

Dalam perjalanan menuju Tanah Hijaz, Kiai Wahab singgah di Singapura. Waktu luangnya di Negeri Singa itu digunakan untuk bertemu ulama-ulama setempat dan menceritakan permohonan kiai-kiai pesantren untuk kebebasan bermazhab Arab Saudi.

Selama 15 hari di Singapura, Kiai Wahab sempat mengadakan pertemuan dengan Syekh Ahmad Hakim, Fadlullah Suhaimi, Ancik Mas’ud, dr Munsyi, dan lain-lain. Dia mampu memahamkan para tokoh agama Singapura tentang NU, yang bermaksud mendesak Ibnu Sa’ud agar memberikan kebebasan bermazhab. Karena kemampuan Kiai Wahab dalammenyampaikan misi NU sangat meyakinkan, maka para ulama Singapura pun bersedia mendukung, bahkan mendirikan NU Cabang Singapura.

Setelah dari Singapura, Mbah Wahab pun lanjut ke Arab. Ternyata, sebagaimana diceritakan oleh mubaligh NU, KH. Ahmad Muwafiq, setelah sampai Arab, tetap tidak tidak ada yang berani menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap Raja Saud. Ketika Mbah Wahab belum bertemu dengan Syekh Ghanaim, dia berusaha sendiri mencari-cari teman. Ternyata tidak ada lagi ulama oposisi di Arab. Semua sudah pada lari semua ke Mesir, Suriah, dan Yaman.

Baca Juga :   KH. Wahid Hasyim (1): Anak Muda Pesantren Paling Progresif pada Zamannya

Mbah Wahab terus berupaya mencari teman. Ternyata masih ada dua kekuatan yang tersisa di sana, yaitu ulama-ulama Sunni dan ulama-ulama Syiah. Di sinilah Mbah Wahab bertemu dilema, karena anatara Syiah dengan Sunni itu seperti minyak dengan air yang tidak pernah akur.

Namun misi harus tetap dijalankan. Komite Hijaz harus mendapat dukungan. Mbah Wahab berpikir keras, bagaimana caranya menyatukan ulama Sunni dan Syiah itu.

Dia pun mengambil langkah nekat: mengundang para ulama dari kedua kubu. Tetapi undangannya tak bersambut. Yang dia undang tidak ada yang datang. Mbah Wahab ‘diremehkan’, karena tubuhnya kecil, kurus, dan ‘kurang meyakinkan’ untuk disebut ulama.

Artikel Terkait

Leave a Comment