samudrafakta.com

Waspada Efek Samping Terlalu Serius Menonton Debat Capres

Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ, emosi saat menyaksikan debat Capres-Cawapres sebenarnya bisa dikendalikan. Tak lain, dengan sikap mental responsif, agar reaksi ketika melihat atau mendengar sesuatu tidak langsung ‘meledak’ melainkan disaring dulu dalam jeda waktu tertentu.

“Sikap mental terhadap situasi yang kita hadapi ada dua, ada reaktif (dan) ada responsif. Kalau reaktif itu sikap mental yang spontan, agresif gampang emosi, jadi ketika dengar debat gitu langsung marah, emosi, posting yang tidak nyaman, menyerang. Seringkali itu berujung pada konsekuensi yang negatif,” jelasnya dikutip dari detikcom, Jumat (15/12/2023).

“(Konsekuensinya) hubungan relasi yang nggak baik, belum lagi Undang-undang ITE kalau itu sudah mengganggu. Sikap mental yang reaktif. Pilihlah sikap mental yang responsif, ada jeda sebelum respons kita berikan,” sambung dr Lahargo.

Menurutnya, alih-alih langsung reaktif mendengar atau melihat sesuatu yang tidak disukai, sebaiknya berikan diri jeda waktu untuk menarik napas dan berpikir. Dengan begitu, seseorang tidak akan langsung memberikan respons marah atau meledak.

Baca Juga :   Reduksi Gus Ulil Abshar Abdalla dalam Memahami Kemenangan Prabowo

“Ada postingan begini, coba ambil jarak dulu, akses dulu kita periksa dulu, tinjau dulu. Tarik napas sejenak, mencari referensi, kemudian memberikan respons yang tepat. Jadi ada jedanya sebelum respons itu kita berikan,” imbuh dr Lahargo.

Tak cuma saat menonton debat Capres-Cawapres, sikap responsif ini juga bisa diterapkan dalam aktivitas lainnya sehari-hari. Misalnya ketika berkendara, seringkali seseorang tersulut emosinya karena sikap pengendara lain di jalan raya. Pada momen seperti inilah, sikap responsif diperlukan.

“Kalau kita lagi di jalan disalip orang. Tapi karena kita reaktif, kita kejar, cari ribu, marah. Rugi kan? Tapi kalau responsif (bisa berpikir) mungkin dia buru-buru ya, mau ke rumah sakit kali ya. Jadi kita nggak ada problem dengan hal seperti itu. Itu sikap mental, dan itu pilihan kita kok. Kita yang memilih sikap mental, bagaimana kita menyikapi sesuatu,”pungkas dr Lahargo.

Bukan hanya soal menonton debat, perbedaan pilihan capres juga bisa mengancam stabilitas ketahanan keluarga. Menurut hasil penelitian terbaru dari Lembaga Survei Independent (LSI), sebanyak 40 persen keluarga di seluruh Indonesia mengalami ketegangan akibat perbedaan pilihan capres.Survei ini melibatkan 2 ribu responden dari berbagai kelompok usia dan latar belakang.

Baca Juga :   Ditetapkan sebagai Pemenang Pilpres, Prabowo Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi dan Sampaikan Pesan Persatuan

Data LSI juga mengungkapkan bahwa 60 persen pertengkaran dalam keluarga terkait dengan isu-isu politik yang sangat sensitif. Sumber konflik utama melibatkan pandangan tentang ekonomi, lingkungan, dan kebijakan sosial.Tak hanya dalam ranah sosial, dampak perbedaan pilihan politik dalam keluarga juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari. 30 persen responden mengaku mengalami penurunan kualitas hubungan keluarga, termasuk menurunnya komunikasi dan kerja sama antaranggota keluarga.

Hasil survei ini mencerminkan kompleksitas dinamika sosial di masyarakat Indonesia yang semakin terpolarisasi. Ahli psikologi, Dr.Siti Rahayu menyatakan bahwa perbedaan pilihan politik di dalam keluarga dapat menciptakan konflik yang lebih dalam daripada yang terlihat.

“Ini tidak hanya soal dukungan terhadap satu calon, tetapi juga mencerminkan perbedaan nilai dan keyakinan yang mendasar. Ketika anggota keluarga merasa nilai inti mereka terancam, itu bisa memicu reaksi emosional yang kuat.” kata Dr. Rahayu.

Menghadapi realitas ini, Prof.Maria Dewi, seorang ahli komunikasi interpersonal, menekankan pentingnya membangun komunikasi yang efektif. “Penting untuk membuka ruang dialog tanpa menghakimi atau merendahkan pandangan satu sama lain. Komunikasi yang terbuka dan penuh pengertian dapat membantu mengatasi konflik dan memperkuat hubungan keluarga,” kata Prof.Dewi.

Baca Juga :   Soal Pernyataan Jokowi Tak Akan Kampanye, Ganjar: “Isuk Kedele, Sore Tempe”

Artikel Terkait

Leave a Comment