samudrafakta.com

Sumedang Diguncang Gempa 3 Kali dalam Sehari di Akhir Tahun 2023, Jadi Perhatian Serius BMKG

SUMEDANG—Di penghujung tahun 2023, Ahad (31/12/2023), Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, diguncang tiga kali gempa dalam satu hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi perhatian serius terhadap gempa bumi ini. 

Gempa pertama berkekuatan magnitudo 4,1 terjadi pada pukul 14.35 WIB. Lalu, gempa susulan, yang berkekuatan magnitudo 3,4, mengguncang  pukul 15.38 WIB. Gempa susulan paling besar, magnitudo 4.8, terjadi pada pukul 20.34 WIB. Gempa terakhir ini paling terasa dahsyat dan berlangsung cukup lama. 

Getaran gempa bahkan terasa hingga Kota Bandung. Sebanyak 53 rumah dilaporkan rusak dan 3 orang luka akibat fenomena alam ini. Juga terjadi keretakan dinding “Cisumdawu Twin Tunel”, terowongan di Tol Cisumdawu.

“Forkopimda masih berkoordinasi dengan CKJT selalu pengelola Tol Cisumdawu,” kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dikutip Senin (1/1/2024).

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, gempa Sumedang dipicu oleh sesar yang belum teridentifikasi. Dia juga menyebut gempa ini mirip dengan gempa di Cianjur pada 2022 silam. 

Baca Juga :   Pasca-Gempa Bawean: Lamongan, Gresik, dan Surabaya Berstatus Darurat Gempa

“Artinya, ini mirip dengan kejadian gempa di Cianjur. Ternyata dipicu oleh sesar yang belum teridentifikasi, yang akhirnya ditetapkan dengan nama Sesar Cugenang, ya,” ujar Dwikorita dalam jumpa pers virtual, Senin (1/1/2024) dini hari.

Dwikorita menjelaskan, bila memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Sumedang merupakan jenis gempa bumi dangkal, yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif. Akan tetapi, untuk hasil akhirnya, BMKG masih harus melakukan kajian lebih mendalam yang didukung oleh temuan data di lapangan. 

“Juga untuk melakukan kajian survei lapangan untuk memastikan penyebab sesungguhnya apa. Hasil analisis sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser,” tuturnya.

Namun demikian, Dwikorita menjelaskan, gempa di Sumedang ini mendapatkan perhatian serius dari BMKG.

“SOP dari BMKG, kalau gempanya kurang dari (magnitudo) 5 itu, cukup rilis aja, tidak press conference. Tetapi, justru uniknya, yang kurang dari 5 ini, yang dipicu akibat patahan yang ada di darat dan pusat gempanya dekat permukaan dan di lokasi banyak bangunannya yang belum berstandar tahan gempa, maka terjadi kerusakan yang signifikan,” kata Dwikorita. 

Baca Juga :   Fenomena Sesar Lembang dan Kurangnya Upaya Mitigasi

“Sehingga, hal ini, penting untuk kami sampaikan ke publik agar masyarakat tetap tenang tetapi waspada,” ujarnya.

Dwikorita juga mengingatkan bahwa wilayah yang selama ini relatif jarang diguncang gempa, tetap berpotensi terjadi dilanda guncangan. “Karena kita tinggal di wilayah gempa, sehingga kita memang harus bisa beradaptasi. Artinya bukan kita tidak bisa tinggal di wilayah itu, namun harus siap dengan bangunan tahan gempa,” tuturnya.  

Namun demikian, dia meminta agar masyarakat siap menghadapi gempa. Hal ini lantaran Indonesia rentan terjadi gempa.  

“Selain itu, sikap kita, kebiasaan kita juga harus siap untuk menghadapi gempa bumi ini. Persiapan harus dimulai sebelum ada gempa, apa saja yang harus kita latih untuk penyiapan diri,” kata Dwikorita. 

Dwikorita mengimbau agar masyarakat, dalam mencari informasi tentang gempa, mengutamakan informasi yang bersumber dari BMKG. Dengan demikian, kata dia, warga tidak termakan hoaks yang tersebar di media sosial.*

Artikel Terkait

Leave a Comment