samudrafakta.com

Setelah AHY Jadi Menteri, Apa Kabar Buku “Pilpres 2024 & Cawe-Cawe Presiden Jokowi: The President Can Do No Wrong” karya SBY?

JAKARTA–Buku yang ditulis Presiden Ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang berjudul Pilpres 2024 & Cawe-Cawe Presiden Jokowi: The President Can Do No Wrong mendadak menjadi perbincangan publik setelah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dilantik menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).

Pegiat media sosial Jhon Sitorus, melalui akun media sosial X–sebelumnya Twitter–menyarankan agar buku bersampul warna merah tersebut segera ditarik dari peredaran. Buku tersebut disebutnya akan memberikan pengaruh buruk untuk mental AHY.

“Belum setahun buku ini terbit, sepertinya peredarannya harus segara ditarik secara masif. Berbahaya untuk kesehatan mental AHY nantinya. Lucu sekali tontonan politik ini,” tulis Jhon Sitorus, dikutip Kamis (22/2/2024).

Cuitan Jhon Sitorus yang menyinggung buku karya SBY tersebut pun sontak menuai sorotan publik. Beragam komentar dilontarkan oleh warganet saat melihat unggahan ini.

Paling nanti SBY instruksikan tarik semua dari peredaran. Kue-kue kekuasaan memang menggiurkan,” komentar warganet.

Jadi penasaran isinya apa saja, tapi enggak mau beli,” timpal warganet lainnya.

Baca Juga :   Jokowi Dukung KPU Naik Banding, Hasto Tegur Prima

Jejak literatur ini mah, bukan jejak digital lagi. Pantes enggak datang pas anak dilantik,” imbuh warganet.

Aktivis Islam Moderat Islah Bahrawi ikut memberikan tanggapannya melalui cuitan di akun X pribadinya, @islah_bahrawi: “Menulis buku itu berat, apalagi sudah terlanjur dicetak. Dan semakin terasa runyam ketika penulisnya harus tersungkur di hadapan sosok antagonis yang terpampang di sampul bukunya“.

Saya jadi ingat petuah Mark Bowden: ‘Jika tak ada air mata dari penulis, tak ada air mata dari pembaca. Jika tak ada tawa dari penulis, tak ada tawa dari pembaca. Jika penulis mengkhianati tulisannya, truk sampah akan menjemput semua karyanya besok pagi’,” lanjut Islah Bahrawi.

Buku SBY berjudul Pilpres 2024 & Cawe-Cawe Presiden Jokowi: The President Can Do No Wrong diketahui baru dirilis pada 26 Juni 2023. Buku ini ditujukan khusus untuk kader Partai Demokrat, berisi pandangan SBY mengenai berbagai isu soal Jokowi menjelang kontestasi politik 2024.

Buku 240 halaman ini berisikan lima poin penting yang menjadi sorotan ayah Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas Yudhoyono itu. Pertama, soal Jokowi yang diisukan akan ikut cawe-cawe urusan Pilpres 2024.

Baca Juga :   Jokowi: Prabowo Juga Punya Rambut Putih dan Kerutan di Wajah

Kedua, soal rumor Jokowi menginginkan agar Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua pasangan calon (paslon). Ketiga, anggapan soal Jokowi yang tak menyukai dan tak menginginkan Anies Baswedan menjadi calon presiden di Pilpres 2024.

Keempat, soal isu Jokowi memberikan dukungan kepada beberapa pihak untuk maju di Pilpres 2024. Dan terakhir, soal Jokowi yang dianggap menjadi pihak yang menentukan siapa capres dan cawapres yang harus diisung di kontestasi politik tahun ini.

Presiden Jokowi pernah memberikan tanggapannya terkait ‘kekhawatiran’ SBY soal adanya abuse of power dalam Pemilu 2024, sebagaimana kiritk dalam buku tersebut. Jokowi pun menegaskan agar tak perlu ada kekhawatiran terkait hal itu.

Sebab, kata Jokowi, pemerintah akan menjaga netralitas birokrasi, termasuk dari TNI, Polri, dan PNS. “Yang paling penting yang juga sudah sering saya sampaikan netralitas dari TNI, Polri, PNS kita, birokrasi kita betul-betul harus kita jaga dan agar tetap netral. Jadi nggak usah nggak ada kekhawatiran mengenai itu,” kata Jokowi, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (3/7/2023).

Baca Juga :   Kata KPU Tak Ada Penggelembungan Suara untuk PSI, Begini Kronologi Anomali Partai Putra Bungsu Jokowi

Jokowi kembali menyampaikan, bahwa penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) adalah KPU. Pemerintah pun akan memberikan dukungan baik dari sisi keamanan maupun distribusi logistik.

“Saya kira sudah berulang kali saya sampaikan bahwa penyelenggara pemilihan umum itu adalah KPU. Pemerintah memberikan dukungan baik dari sisi keamanan, maupun membantu nanti dalam distribusi logistik,” jelas dia.

Kesimpulannya, benar kata orang: dalam berpolitik tidak ada teman dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Meski terdengar klise, namun situasi dan kondisi di atas menemukan momentumnya. Di dalam politik akan selalu ada pilihan dan kompromi.❒

 

 

Artikel Terkait

Leave a Comment