samudrafakta.com

Reformasi 1998 [2]: Peran Besar Universitas Indonesia dalam Mengubah Sejarah

Mahasiswa UI membungkus papan "Selamat Datang di Kampus Perjuangan Orde Baru" dengan kain putih Foto: Arsip Universitas Indonesia
JAKARTA – Reformasi 1998 telah memasuki 26 tahun pada Selasa (21/5/2024). Pasca 21 Mei 1998, Indonesia memasuki era baru dalam berdemokrasi. Pergerakan reformasi ’98 diawali dari aksi-aksi protes dari berbagai kalangan mahasiswa terhadap kondisi ekonomi Tanah Air yang sedang menukik tajam.

Sivitas akademika Universitas Indonesia (UI) pada waktu itu menunjukkan peran luar biasa.  Mahasiswa, akademisi, dan UI sebagai lembaga turut serta dalam serangkaian aksi yang berlangsung dari Januari hingga Mei 1998, menjadi bagian integral dari perubahan besar tersebut. Aksi pertama mahasiswa UI terjadi pada 19 Februari 1998 di Kampus UI Depok, khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP UI).

Dalam aksi ini, orasi-orasi menuntut agar orde baru secara sadar dan damai mundur dari pemerintahan karena dianggap telah gagal menjalankan amanat rakyat. Beberapa hari kemudian, pada 25 Februari 1998, mahasiswa UI melanjutkan demonstrasi di Kampus UI Salemba. Dilansir dari laman resmi Universitas Indonesia, mereka menutup papan “Selamat Datang di Kampus Perjuangan Orde Baru” dengan kain putih dan melakukan aksi serupa di dekat Masjid Arief Rachman Hakim menggunakan cat semprot hitam. Aksi ini menjadi sorotan media nasional dan dianggap sebagai pencetus ide reformasi.

Baca Juga :   26 Tahun Runtuhnya Orde Baru: Amnesty International Menilai Reformasi 98 Putar Balik

Pada 26 Februari 1998, mahasiswa UI kembali menggelar demonstrasi di kampus UI Depok. Mereka menutup tugu selamat datang ke kampus UI dengan kain putih bertuliskan “Kampus Perjuangan Rakyat” dan membentangkan spanduk berisi tuntutan seperti penurunan harga, penghapusan monopoli, korupsi, dan kolusi, serta tuntutan suksesi kepemimpinan nasional. Tuntutan ini menunjukkan keseriusan mahasiswa UI dalam memperjuangkan reformasi.

Tak hanya berdemonstrasi, mahasiswa UI juga menempuh jalur audiensi dengan mendatangi sidang umum MPR pada 5 Maret 1998. Mereka diterima oleh fraksi ABRI yang diketuai Letjen TNI Yunus Yosfiah dan Jenderal TNI Hari Sabarno, menyampaikan penolakan terhadap laporan pertanggungjawaban Presiden Soeharto dan memberikan dokumen kajian mengenai reformasi ekonomi dan politik. Penyerahan kajian ini diwakili Ketua Senat Mahasiswa UI saat itu, Rama Pratama.

Pada 12 Maret 1998, mahasiswa UI menggelar rapat akbar di lapangan parkir Balairung UI. Rama Pratama menyampaikan lima butir sikap mahasiswa UI yang mencakup kecaman terhadap kerja MPR, peringatan bagi presiden dan wakil presiden terpilih, desakan pembentukan kabinet yang jujur, pemusnahan aparat pengecut, dan desakan reformasi total. Rapat akbar ini juga dihadiri oleh Amien Rais yang memberikan ultimatum kepada pemerintahan Presiden Soeharto.

Baca Juga :   Guru Besar UI: Menjelang Pemilu 2024, Indonesia Kehilangan Kemudi dan Terkoyak Demokrasinya

Artikel Terkait

Leave a Comment