samudrafakta.com

Penjelasan MUI Tentang Fenomena Bunuh Diri, Banyak yang Stres Biaya Hidup Mahal di Tanah Air

Pencegahan Bunuh Diri

Kiai Zubaidi optimis bahwa fenomena pembunuhan dan bunuh diri yang sedang marak terjadi saat ini masih dapat dicegah dengan cara meningkatkan kekuatan spiritual yang tinggi, yaitu melalui keimanan dan ketakwaan yang kuat, yang diimplementasikan dalam amal ibadah sehari-hari.

Menurutnya, ketika amal ibadah seseorang sudah bagus, beribadah sesuai dengan tuntunan-Nya, maka insya Allah spiritual seseorang tersebut juga akan menjadi kuat, sehingga menghadapi kehidupan pun akan bisa lebih relax, lebih sabar.

“Mari kita giatkan semangat bekerja kita, dengan etos kerja yang semangat karena Allah SWT, mudah-mudahan Allah SWT membukakan pintu rezeki kita dengan sebaik-baiknya dengan rezeki yang banyak dan halal,” kata Zubaidi.

Pakar Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Zahrotun Nihayah menilai, penyebab utama dari maraknya kasus bunuh diri belakangan ini disebabkan stres dan depresi yang dialami para korban.

“Jika pada remaja kemungkinan adalah konsep diri yang salah, yang membuat individu tidak berharga, tidak diinginkan dan merasa tidak ada yang mengasihinya,” ujar Zohrotun dilansir laman MUI.

Baca Juga :   Kemenag Bakal Larang Umrah Backpacker, Pengamat: Yang Adil dong!

Menurut dia, maraknya kasus bunuh diri belakangan ini di Indonesia harus menjadi perhatian serius dari semua pihak. Pasalnya, sampai Oktober 2023, tercatat ada 971 kasus bunuh diri. Kasus tersebut paling banyak terjadi di Jawa Tengah.

“Menurut WHO bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat di antara orang berusia 15-29 tahun di seluruh dunia,” katanya.

Selain karena setres dan depresi, Wakil Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga MUI ini menambahkan, penyebab korban bunuh diri adalah kesepian, perasaan menjadi beban, tidak terpenuhinya sebuah keinginan dan merasa putus asa. Salah satu mencegah bunuh diri adalah dengan stop stigma, dan kenali tanda peringatan bunuh diri.

“Adakan pendekatan dan memahami situasi dan kondisi sebagai tanda, konsultasi dan minta bantuan ahli (profesional), interaksi dengan lingkungan yang positif,” sambungnya.

Hal itu harus diiringi strategi pendekatan dengan memperkuat dukungan ekonomi, menciptakan lingkungan yang protektif dan mengurangi akses pada tempat bagi orang yang berisiko bunuh diri.

“Menciptakan budaya kerja dan organisasi yang sehat, meningkatkan akses perawatan bagi korban percobaan bunuh diri, mempromosikan koneksi yang sehat dan mengajarkan ketrampilan pemecahan masalah yang baik,” katanya.mg05

Baca Juga :   Kantor MUI Pusat Diserang Tembakan, Pelaku Sempat Kirim Surat Ancaman

___FOTO ILUSTRASI:CANVA

Artikel Terkait

Leave a Comment