samudrafakta.com

Peci Hitam Bung Karno: Simbol Perlawanan terhadap Penjajahan dan Kebotakan

Kebiasaan menggunakan peci hitam kala itu tentu tak sepopuler sekarang. Tak ada kaum terpelajar yang mau mengenakannya—kecuali Bung Karno, tentu saja. Sebab, “status” peci hitam saat itu dipandang rendah, identik dengan jelata yang tak berpendidikan. Sementara penggolongan atau klasifikasi sosial masih sangat kental pada masa tersebut, dan sebagian besar kaum terpelajar malah terkesan ‘alergi’ terhadap rakyat biasa.

Melihat fenomena ini, Bung Karno tegas melemparkan kritik pada sejawatnya. “Mereka (kaum terpelajar—red) lebih menyukai buka tenda daripada memakai tutup kepala yang merupakan pakaian sesungguhnya dari orang Indonesia. Ini adalah cara dari kaum terpelajar mengejek dengan halus terhadap kelas‐kelas yang lebih rendah,” kata Bung Karno.

Bung Karno menyesalkan sikap kaum terpelajar pada masa itu terhadap peci. Sebab, menurut dia, kaum terpelajar adalah bakal pemimpin rakyat di masa depan. Dan semestinya, menurut Sukarno, seorang pemimpin membaur dengan rakyatnya, bukannya malah membangun jarak.

“Orang‐orang ini bodoh dan perlu belajar, bahwa seseorang tidak akan dapat memimpin rakyat banyak jika tidak menjatuhkan diri dengan mereka. Sekalipun tidak seorang juga yang melakukan ini di antara kaum terpelajar, aku memutuskan untuk mempertalikan diriku dengan sengaja kepada rakyat jelata,” lanjutnya.

Baca Juga :   Prediksi-Prediksi Sukarno yang Terbukti (3–Habis): Jitu Meramal Kejayaan Tiongkok dan LBP

Demi mengampanyekan peci hitam dan ideologi kerakyatan yang dibawanya, Bung Karno pun memberanikan diri mengenakan peci hitam dalam salah satu rapat Jong Java di Surabaya. Rapat itu berlangsung pada malam hari.

Namun, dia sempat ragu-ragu sebelum masuk ke ruang pertemuan itu. Kendati yakin dengan pilihannya, tetapi ketika itu dia sendirian dalam upaya mempropagandakan peci hitam. Dia belum mendapatkan dukungan sama sekali. Maka, dia pun ragu, apakah gayanya berpeci hitam itu bakal diterima, ataukah justru menjadi bahan cemoohan?

Artikel Terkait

Leave a Comment