samudrafakta.com

Orang Miskin Dilarang Kuliah: UKT Tinggi Mengubur Impian Siti Aisyah dan Qika

Ilustrasi unjuk rasa menentang uang kuliah tunggal yang mahalnya minta ampun. Foto:Canva

PEKANBARU – Bagi Siti Aisyah dan Qika, melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas Riau (Unri) seharusnya menjadi langkah awal untuk meraih mimpi. Namun, tingginya Uang Kuliah Tunggal (UKT) telah menjadi hambatan besar yang hampir memupuskan harapan keduanya.

Siti Aisyah, seorang gadis berusia 18 tahun dari Kabupaten Rokan Hulu, Riau, diterima di jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Unri melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Selama masa sekolahnya di SMA Negeri 1 Pendalian IV Kota, Siti dikenal sebagai siswa berprestasi dan langganan juara kelas. Namun, kebahagiaan Siti berubah menjadi kekhawatiran saat mengetahui bahwa dia harus membayar UKT golongan 4 sebesar Rp3,5 juta per semester.

“Kami tidak sanggup membayar UKT segitu,” ucap Ferdy, ayah Siti, yang bekerja serabutan dengan penghasilan tak menentu dilansir dari akun @pkucity. Ketidakmampuan keluarganya untuk menanggung biaya kuliah membuat Siti terpaksa mengundurkan diri dari Unri.

Keputusan Siti ini segera menarik perhatian netizen setelah akun Instagram pkucity memposting ceritanya dengan judul, “Mahasiswa Jalur Prestasi UNRI Ini Pilih Mundur Lantaran Tidak Sanggup Membayar UKT.” Postingan tersebut memicu ribuan tanggapan dari netizen yang mengecam kebijakan UKT tinggi di Unri.

Baca Juga :   Perkenalkan Bambang Pramujati, Rektor Baru ITS Surabaya

“ADA YG DZOLIM TAPI BUKAN FIRAUN,” tulis salah satu netizen, @dule_bdg, menunjukkan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang dinilai memberatkan mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Dilansir Tempo, Qika, 17 tahun, juga menghadapi dilema serupa. Diterima di Program Studi Bimbingan Konseling melalui jalur SNBP, Qika mendapati dirinya harus membayar UKT kelompok 6 sebesar Rp6,1 juta per semester. Keluarganya, yang terdiri dari ayah seorang guru honorer dengan penghasilan Rp1,5 juta per bulan dan ibu seorang pedagang makanan, terkejut dan kebingungan.

“Ibu saya bilang, ‘kok tinggi banget ka. Kamu berapa isi penghasilan?’ Aku jawab sesuai penghasilan. Ibu langsung ke kamar, menangis,” kata Qika, mengingat reaksi ibunya yang terpukul mengetahui besarnya UKT.

Qika sempat berpikir untuk mengundurkan diri agar tidak menambah beban ekonomi keluarganya. Namun, asanya untuk kuliah di Unri tetap besar. Harapannya sempat muncul saat mahasiswa Unri menggelar demonstrasi pada 14 Mei 2024, memprotes kenaikan UKT dan menuntut penurunan tarif.

Setelah unjuk rasa tersebut, Rektor Unri, Sri Indarti, memutuskan untuk menurunkan kelompok UKT dari 12 menjadi 7. UKT Qika pun turun menjadi golongan 5 sebesar Rp5,8 juta. Meski begitu, keluarganya masih merasa berat untuk membayar biaya tersebut. Qika berencana mengajukan penurunan UKT pada semester berikutnya.

Baca Juga :   Pembatalan Kenaikan UKT Tidak Cukup, Turunkan Biaya Pendidikan Tinggi!

“Saya akan lakukan banding di semester nanti,” kata Qika, berharap solusi jangka panjang untuk bisa terus melanjutkan pendidikannya.

Artikel Terkait

Leave a Comment