samudrafakta.com

Nyethe, Seni Ngerokok dan Ngopi, Buah Karya Petani yang Lestari

Proses nyethe di warung kopi Tulungagung. Foto:komunitaskretek.or.id
TULUNGAGUNG — Kopi dan rokok. Dua hal yang tak bisa dipisahkan dalam budaya masyarakat Tulungagung kekinian. Tidak lengkap rasanya bila ngopi tanpa rokok. Demikian pula sebaliknya, merokok tanpa ngopi sepertinya ada yang kurang afdhol ketika nongkrong di warung kopi. Namun masih ada satu proses untuk menikmati kopi dan rokok, yakni nyethe

Nyethe, berdasarkan penelitian Siti Zurngatul Khusna, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, adalah kegiatan yang memadukan antara kopi dan rokok yaitu melumuri atau melukis rokok dengan cethe atau ampas halus wedhang kopi (endapan kopi).

Sementara menurut rradio.net, nyethe sendiri adalah mengoleskan endapan kopi ke rokok. Kopi untuk nyethe disebut dengan kopi cethe. Di Tulungagung, warung yang menawarkan menu kopi cethe ini banyak sekali, sehingga Tulungagung juga terkenal dengan kota warung kopi cethe.

Sejarah nyethe bermula dari kebiasaan para petani selesai bekerja di sawah. Mereka akan mampir di warung untuk ngopi, ngrokok, nyethe dan bertemu dengan sesama petani lain. Perbincangan yang didiskusikan biasanya segala macam, dari seputar pertanian hingga politik. Nah, di sela ngopi, ngobrol, sesekali mereka mengambil sebatang rokok untuk dilukis dengan ampas kopi

Baca Juga :   Kedai Kopi Kian Menjamur, Begini Awal Kisahnya 

Kopinya pun tidak sehalus seperti sekarang ini atau masih kasar. Endapan kopi yang di-cethekan ke rokok dan terbakar menimbulkan sensasi tersendiri. Hal ini menambah nikmatnya ngopi sambil ngobrol di warung kopi.

Dalam penelitian Siti Zurngatul Khusna disebutkan, jumlah warkop di Tulungagung mencapai ribuan unit. Menurut data dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung, pada tahun 2009 jumlah warkop di Tulungagung
mencapai 1700 unit.

Berdasarkan data dari Paguyuban Warung dan Hiburan se-Tulungagung (Pawahita), hingga tahun 2010 jumlah warkop yang tersebar di 19 kecamatan yang ada di Tulungagung mencapai 7.000 unit. Hal ini
tidak mengherankan karena hampir setiap desa yang ada di Tulungagung memiliki warkop.

Setidaknya setiap desa memiliki 2 sampai dengan 5 unit warkop bahkan ada yang lebih dari jumlah tersebut.
Hal yang menarik dari warkop di Tulungagung adalah cita rasa dan pelayanannya. Sebagian besar warkop di
Tulungagung menyediakan kopi hijau atau kopi ijo sebagai sajian andalan.

Kopi hijau yang dimaksud adalah campuran antara bubuk kopi, butiran gula dan sedikit campuran kacang hijau yang telah dihaluskan. Tidak sedikit pula warkop yang menggunakan bubuk kopi murni tanpa campuran.

Baca Juga :   Kedai Kopi Kian Menjamur, Begini Awal Kisahnya 

Cita rasa tidak hanya dari campuran kacang hijau, akan tetapi juga bisa berasal dari cara menggorengnya yang menggunakan teknik khusus dengan alat-alat yang tradisional. Biasanya rokok yang dilukis dengan cethe membentuk berbagai motif, seperti sulur, tulisan, tribal bahkan tokoh pewayangan.

Nyethe dan warkop membentuk komunitas baru pada masyarakat Tulungagung yakni komunitas “cethemania”. Hal ini terbukti dari sering diadakannya kegiatan-kegiatan yang berusaha mengumpulkan dan mewadahi kreativitas para penggemar cethe yaitu lomba nyethe atau nyethe competition se-Kabupaten Tulungagung.

Misalnya, pada tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Tulungagung menyelenggarakan kegiatan “Lomba Nyethe” dengan jumlah peserta kurang lebih 2.000 orang. Selanjutnya pada tahun 2012 yang lalu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung juga menyelenggarakan “Lomba Nyethe” dengan jumlah peserta 100 orang.

Kegiatan tersebut merupakan agenda yang diadakan setiap tahun untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Tulungagung. Nyethe dan warkop telah menjadi tanda yang mengukuhkan sebuah identitas baru, melalui bertemunya beragam orang, lembaga, status sosial maupun identitas multikultur.

Warkop selalu terbuka untuk siapa saja khususnya bagi kaum laki-laki, tanpa mengenal pengelompokan sosial, status sosial, maupun agama. Apalagi pada tahun-tahun politik seperti 2023-2024 ini. Warkop menjadi ajang berkumpul silaturahmi antara politikus dengan calon konstituennya. Selamat ngopi, ngrokok dan nyethe.

 

Baca Juga :   Kedai Kopi Kian Menjamur, Begini Awal Kisahnya 

Artikel Terkait

Leave a Comment