samudrafakta.com

Mbah Roisah dan Kisah tentang Para Pengemis Kaya

Ilustrasi pengemis yang menyimpan uang hingga ratusan juta. Foto:Canva

Menurut Ahmad, Basyari pintar mengelola keuangan hasil dari pekerjaannya mengemis. Selain itu, mereka pintar memetakan potensi orang-orang yang kasian kepada mereka. Biasanya, ada pembagian tugas untuk mengemis ke daerah-daerah tertentu, dan hal itu sudah dilakukan survei. Misalnya, daerah A cocok untuk mengemis di hari Jumat, daerah B cocok untuk mengemis di hari Sabtu-Ahad. Atau kawasan A cocok untuk ibu yang membawa anaknya. Bahkan, hingga jam-jam operasionalnya pun juga telah dilakukan survei.

”Mereka juga rela akting menjadi orang yang, maaf, cacat secara fisik. Semua demi mengais pundi-pundi rupiah, dari rasa iba orang lain. Lokasinya juga di survei, yang aman dari Satpol PP dan yang masyarakatnya mudah iba. Bahkan ketika mereka sudah di zona nyaman, mereka akan mangkal disitu, pagi berangkat, sore/malam pulang. Kaya orang kerja beneran,” katanya.

Untuk menghindari pergunjingan warga, keluarga pengemis ini mengontrak rumah yang cukup besar di lokasi yang jarang penduduk atau sepi. Basyari dulu mengontrak rumah dengan LB 120 meter², di daerah perbatasan Bintaro-Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Meski sewa rumah di kawasan itu termasuk mahal, Basyari dan keluarganya mampu membayarnya.

Ahmad melanjutkan, omzet pendapatan mereka sangat besar. Berdasarkan pengakuan Basyari, mereka bisa meraup paling sedikit 150 ribu/hari. Istrinya bisa mendapat 200 ribu/hari. Anak-anaknya per orang, bisa dapat 100 ribu/hari.

Anaknya ada 5, dan kerjaannya mengemis semua. ”Ini estimasi paling sedikit ya. Paling besar, ketujuh orang tersebut bisa memperoleh total 10 juta/hari, biasanya “panen” bagi mereka itu menjelang hari raya, ramadhan sampai Lebaran,” ujarnya.

Ahmad mengaku kenal Basyari saat memasukkan uang ke dalam tabungan. Bahkan Basyari juga menanyakan sudah sudah berapa lama kerja jadi karyawan? Kira-kira tabungannya sudah sekian belum? “Ini saya dan keluarga, dari ngemis, hasilnya segitu. Di tahun 2007, deposito Bp. Basyari ini mencapai 850 juta lebih, belum termasuk istri dan kelima anaknya,” tutur Ahmad.

Untuk membuktikan kekayaan Basyari, Ahmad pernah berkunjung ke rumahnya di Jawa Tengah. Basyari ternyata punya aset di Semarang, Bawen, Ungaran, Salatiga, dan Solo. Aset itu berupa ruko dan rumah kos. ”Kata Beliau, ini hasil mengemis selama 23 tahun. Mobilnya aja Volvo, jenis mobil yang sampai saat ini, saya idam-idamkan hehehe,” lanjutnya.

Ahmad juga membagikan cara Basyari mengelola keuangan. Keluarga Basyari sangat disiplin mengatur keuangan. Misalnya omzet mengemis dapat 1 juta/hari, maka 80% dari omzet akan ditabung. Tabungan harian kemudian dikumpulkan, lantas disetor ke lembaga keuangan tiap hari Kamis, buat ditabung. Aturan menggunakan 20% per hari dari pendapatan harian adalah tata tertib yang harus ditaati, untuk menggunakan uang dari hasil mengemis. Deposito yang diambil juga gantian, tahun ini punya siapa dulu, tahun depan jatahnya siapa. Nanti, uangnya dipakai beli tanah, bangun rumah, atau beli ruko. Yang penting bisa muter itu uangnya,” tuturnya.

Leave a Comment