samudrafakta.com

KH. Moch. Muchtar Mu’thi (2): Keturunan Nabi yang Membawa Pembaharuan Pengajaran Tarekat

Namun, apa yang dilakukan Kiai Tar dan tarekatnya tampaknya dapat dimaklumi. Sebab, persoalan agama dan kepercayaan tak bisa selalu didakwahkan dengan cara yang sama di semua tempat. Jika setiap tarekat masih mempertahankan pandangan bahwa orang yang bisa dibaiat sebagai murid tarekat hanya mereka yang keimanannya dijamin baik dan benar, bisa-bisa perkembangan tarekat tersebut berjalan sangat lambat. Bisa juga malah mengalami kemunduran, bahkan punah.

Apa yang dilakukan Kiai Tar dengan Shiddiqiyyahnya, yang dengan berani membaiat mereka yang baru sadar secara keagamaan, adalah langkah yang patut mendapatkan apresiasi. Dan para ‘mualaf’ yang telah berbaiat pun tak dibiarkanbegitu saja. Mereka terus dibimbing dan mendapat pengarahan.

Tarekat Shiddiqiyyah yang diampu Kiai Tar memiliki beberapa tujuan. Pertama, mendidik dan membimbing manusia untuk kenal dan dekat kepada Allah melaui zikir—baik zikir jahr (lahir) maupun zikir sirri (batin). Kedua, mendidik dan membimbing manusia supaya bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, melalui pelaksanaan ibadah seperti shalat, puasa, dan zikir. Ketiga, mendidik dan membimbing manuusia supaya menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Swt.

Baca Juga :   Republik Indonesia Sedetik Pun Tak Pernah Dijajah!

Sebelum mengajarkan dan memperkenalkan Shiddiqiyah kepada masyarakat Jombang, Kiai Muchtar Mu’thi terlebih dulu mempelajari bagaimana keadaan masyarakat Jombang pada waktu itu, dengan menyamar sebagai penjual arloji di Pasar Legi, Jombang. Dia pelajari keadaan masyarakat selama satu tahun, dengan mondar-mandir dari Ploso ke Pasar Legi. Sembari itu, sedikit demi sedikit Kiai Muchtar memperkenalkan ajaran Ilmu Layar Tujuh Pati.

Ilmu Layar Tujuh Pati merupakan ilmu Kejawen yang diajarkan oleh para Wali Songo untuk mengenalkan agama Islam kepada orang Jawa. Ilmu ini sebenarnya merupakan ilmu tarekat yang dikemas dalam bahasa Jawa. Ajaran Wali Songo tersebut diajarkan kepada orang orang Jawa yang belum masuk Islam. Setelah orang-orang Jawa tertarik, sembari mengamalkan ilmu Kejawen, lambat laun mereka dibimbing masuk ke dalam Islam.

Sedikit demi sedikit, secara bertahap, Kiai Muchtar menjelaskan bahwa Ilmu Layar Tujuh Pati yang diajarkannya bukan ilmu kanurangan atau ilmu hitam, melainkan ilmu tarekat.

Pada fase pertamanya, pengikut Tarekat Shiddiqiyah hanya berjumlah 30 orang. Kendati sedikit, itu tak menyurutkan semangat para pengikut tarekat ini untuk mengamalkan ajaran yang mereka anut. Dan seiring berjalannya waktu, murid Shiddiqiyah tambah banyak.

Baca Juga :   Gotong Royong Pecahkan Rekor, Bangun 65 Rumah Serentak di Seluruh Indonesia

Hingga akhirnya, saat ini, jamaah tarekat ini—yang biasanya disebut warga Shiddiqiyyah—mencapai jutaan orang.

Dan jutaan orang ini secara bersama-sama, gotong-royong, bahu-membahu menyebarkan semangat cinta tanah air ke seantero Indonesia Raya.—bersambung

Wijdan | diolah dari berbagai sumber

Artikel Terkait

Leave a Comment