samudrafakta.com

Kami Berlindung Dari Kualat Nasional

Bintang Berjatuhan, Melati Berserakan, Puntung Mengapung

Jangan-jangan tanda-tanda kualat, tula, dan karma yang sedang ‘dinikmati’ oleh sebagian oknum penegak hukum sudah mulai berjalan? Jangan-jangan nash surah Al-Maidah ayat 135 sedang terjadi dan menemukan ‘moment of truth’-nya di negeri tercinta ini?

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”

Semoga bukan ‘otak-atik gatuk’, men-‘law of attraction’-kan, atau meng-hukum sebab akibat-kan ala penulis saja.

Penulis pernah menonton video di Youtube, yang disampaikan oleh seorang Mursyid Tarekat dan pemimpin pesantren di Ploso, Jombang: “Yang zalim pasti akan jatuh, bintang-bintang akan berjatuhan, melati berserakan, puntung-puntung terapung.”

Baca Juga :   Baru Pulang Ibadah Haji, Seorang Terduga Mucikari Ditangkap Polisi

Wa idza nujumun kadarat”, dan apabila bintang-bintang berjatuhan di Hari Penggulungan. Ketika derajat dan pangkat dihina-dinakan dan terempas. Ketika bintang-bintang terhapus cahayanya. Ketika melati-melati layu lenyap kewangiannya, dan puntung-puntung terombang-ambing mengambang terlunta-lunta karena kebohongan, kedustaan, reka daya, abuse of power, keculasan, manipulasi, permainan hukum, kesembronoan, dan kengawurannya.

Sepuluh pesan Tuhan yang berulang dalam Q.S. Al-Mursalat besar kemungkinan sedang ejawantah: Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi pendusta (kebenaran). Dusta sebagian oknum polisinya, jaksanya, hakimnya, KPK-nya, dusta pejabatnya. Semoga Gusti Allah segera mengirimkan Falfaariqatu Farqa—Malaikat yang membedakan antara yang baik dan buruk sejelas-jelasnya.

Saya merasa ngeri dan bergidik! Benar-benar keramat! Jangan-jangan ini “ayat basah”, ayat-ayat empiris, faktual, fenomologis yang harus dibaca bangsa ini? Jangan-jangan beliau ini ber-‘idu geni sabdo dadi’ (setiap ucapan yang menjadi kutukan/kejadian)?

Saatnya bangsa ini melakukan wudhu, bersuci nasional, pembersihan dan tobat nasional. Tentu tobat yang sesungguhnya (nasuha), bukan tobat yang gisysy alias palsu.

Baca Juga :   Oknum Polisi Tipu Sindikat Penjualan Ginjal, Berjanji Sanggup ‘Mengamankan’ Kasus 

Gusti Allah Mahapresisi. Gusti Allah Maha Menuntut. Gusti Allah Maha Menghakimi. Gustia Allah Mboten Sare.

Istaftuu qalbak—mintalah fatwa pada hati Nurani kalian.*

———–

Penulis: Faried Wijdan al-Jufry

| Penulis, Alumni MAPK Surakarta, Alumni UIN Syarif Hidayatullah, dan Pengamat Apa Saja

 

 

 

Artikel Terkait

Leave a Comment