samudrafakta.com

Jokowi dan Prabowo Makan Malam Bareng, Ganjar: Kan Memang Sudah Berpihak

JAKARTA—Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto makan malam bersama di sebuah restauran di Menteng, Jakarta Pusat,  Jumat (5/1/2023) malam. Perjamuan di musim kampanye yang menimbulkan banyak pandangan.

Keduanya masuk dalam ruangan dengan meja makan panjang. Di meja besar itu, Jokowi dan Prabowo hanya makan malam berdua dan berhadapan. Suasana ruangan makan Jokowi dan Prabowo itu tampak temaram. Keduanya terlihat membicarakan sesuatu.

Pada acara makan malam itu, sebagaimana foto yang banyak tersebar di media, Jokowi terlihat mengenakan kemeja putih. Sementara Prabowo mengenakan kemeja batik. Jokowi tampak mendengarkan Prabowo.

“Malam ini, Bapak Presiden rileks sejenak mencoba masakan Nusantara di Rumah Makan Seribu Rasa Menteng. Saat makan malam, Presiden didampingi Menhan Bapak Prabowo Subianto,” kata Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana kepada wartawan, Jumat (5/1/2023).

Makam malam ini pun menimbulkan berbagai pandangan dari banyak pihak—apalagi digelar di tengah suasana kampenye calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres). Terlepas dari relasi Presiden-Menhan antara Jokowi-Prabowo, yang jelas Prabowo adalah salah satu kandidat capres yang berpasangan dengan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. 

Baca Juga :   Pohon Besar di Depan Rumah Prabowo Subianto Tumbang, Begini Tafsirnya Menurut Primbon Jawa

Calon presiden nomor urut tiga Ganjar Pranowo mengaku tak mau ambil pusing dengan agenda makan malam itu. Karena Menurut dia, Jokowi memang sudah berpihak kepada Prabowo pada Pemilihan Presiden 2024. 

“Kalau buat saya pasti itu sudah menunjukkan sikap berpihak, begitu ya. Kalau saya sih biasa saja, kan memang sudah berpihak,” kata Ganjar di Pulogebang, Jakarta, Sabtu (6/1/2024). Mantan Gubernur Jawa Tengah ini pun berpandangan, akan lebih elok apabila Jokowi mendeklarasikan dukungannya kepada Prabowo secara terbuka. 

Menurut Ganjar, yang terpenting sikap keberpihakan Jokowi itu tidak diikuti dengan praktik penyalahgunaan kekuasaan yang dapat menyebabkan kecurangan pada Pemilihan Umum 2024. 

“Malah lebih baik kalau ditegaskan bahwa ‘ya saya berpihak’, yang penting tidak akan ada penyalahgumaan kewenangan, kekuasaan, sehingga semua akan bisa fair play ya, bisa jurdil, kalau buat saya biasa saja,” ujar dia. 

Ganjar juga memberi tanggapan santai ketika ditanya mengenai etis atau tidak seorang kepala negara berpihak pada calon tertentu dalam pemilihan presiden. Politikus PDI-P itu hanya menyinggung bahwa ada satu kubu dalam Pilpres 2024 yang menganggap remeh persoalan etika.

Baca Juga :   Ada Empat Program Prabowo-Gibran yang Paling Disetujui Masyarakat, Makan Siang Gratis Urutan ke-3

Sementara itu, cawapres nomor urut satu Muhaimin Iskandar alias Cak Imin awalnya melihat agenda tersebut sebagai agenda makan malam biasa. Namun dia berpesan agar Jokowi menjaga netralitas jelang akhir masa jabatannya.

“Wajib hukumnya kita lawan kecurangan, kita awasi kecurangan, kita mohon-mohon Pak Jokowi mengakhiri jabatannya untuk betul-betul menjaga netralitas,” kata Cak Imin di sela berziarah ke Makam Sunan Ampel, di Surabaya, Sabtu (6/1/2023) malam.

Dia menilai jika presiden dan jajaran di bawahnya tidak netral, maka legitimasi Pemilu dan keberlangsungan demokrasi terancam.

Selain itu, biaya penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres 2024 sebesar Rp71,3 triliun bakal sia-sia.

“Triliunan biaya yang kita keluarkan untuk pemilu sia-sia. Rusaknya demokrasi akan terganggu, sampai tiga pemilu lagi belum tentu sehat. Bisa jadi kita mengulang dari titik nol demokrasi,” ucapnya.

Artikel Terkait

Leave a Comment