samudrafakta.com

Gus Nadir Beberkan Fakta Ada Instruksi PBNU Untuk Mendukung Prabowo-Gibran

SURABAYA — Cendekiawan Muslim sekaligus Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Australia dan Selandia Baru Nadirsyah Hosen atau akrab disapa Gus Nadir prihatin atas ketidaknetralan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam Pemilu 2024.

Dalam sebuah diskusi di kanal Youtube Mojokdotco, yang diunggah pada (17/1/2024), ia buka-bukaan, bahwa PBNU baru-baru ini menggelar pertemuan tidak resmi di sebuah hotel di Surabaya, Jawa Timur.  Semua petinggi hadir, mulai dari pengurus wilayah, pengurus cabang, ketua tanfidziyah, rais ‘am hingga Ketua Umum PBNU ada di pertemuan itu.

“Kiai Miftachul Akhyar ada. Gus Yahya (Cholis Staquf) juga hadir,” beber Nadir.

Ia mengatakan pertemuan itu diselenggarakan sebagai wadah untuk memberikan arahan untuk mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.”Ada dawuh, instruksi tidak tertulis. Instruksi menggerakkan struktur organisasi secara masif sampai ke bawah untuk mendukung pasangan calon 02,” jelas Nadir.

Tangkapan Layar Youtube Mojok.Co

Dia menyatakan sudah melakukan cross check alias tabayun kepada para kiai sepuh yang hadir di dalam pertemuan tersebut demi memastikan informasi yang disampaikan betul-betul valid. “Informasi ini saya sudah cek, saya sudah tabayun ke para kiai sepuh yang hadir,” tuturnya.

Baca Juga :   Beberapa Lembaga Survei Sebut Warga NU Paling Banyak Pilih PDIP dan Ganjar

Hal tersebut menurutnya menjadi masalah besar karena secara publik, PBNU selalu menggembar-gemborkan sikap netral. Namun, fakta di lapangan berbeda. Organisasi Islam terbesar itu diarahkan untuk mendukung pasangan calon tertentu di Pilpres 2024.

“Ini jadi keresahan kenapa PBNU melanggar apa yang disampaikan sendiri untuk tidak bermain politik praktis. Walaupun nanti mungkin mereka bilang pertemuannya tidak di kantor dan tidak ada instruksi resmi, itu hanya akal-akalan saja. Ini akal-akalan yang berbahaya,” tandas Nadir.

Pada Februari 2023, Nadir juga pernah menyampaikan kritiknya ke NU. Menurut dia, jangan sampai NU sibuk menjadi muadzin —memanggil orang untuk menjaga NKRI, tapi NU hanya selalu menjadi makmum —ikut agenda pihak lain, asal kebagian sarungnya saja kita sudah merasa cukup. Tafsir khittah NU 1926, khususnya soal relasi NU dan politik, telah bergeser. Dan pergeseran ini menimbulkan gesekan.

“Kalau dulu tafsir-nya itu PBNU menganakemaskan PKB sebagai anak kandung yang lahir dari rahim PBNU, maka tafsir saat ini adalah PBNU merangkul semua Parpol,” katanya.

Baca Juga :   Disebut Gagal Survei karena Dapati Pemilih Bimbang Sangat Tinggi, Indopol: Kami Hanya Menyampaikan Fakta di Lapangan

Artikel Terkait

Leave a Comment