samudrafakta.com

Durasi ‘Screen Time’ di Indonesia Tertinggi di Dunia, Ancaman Serius bagi Tumbuh Kembang Anak

Ilustrasi screen time anak-anak. Foto:Canva

Prof. Wawan memberikan contoh bahwa melihat gambar gajah dan semut dengan ukuran yang serupa di layar dapat merusak pemahaman anak tentang dimensi dan proporsi. “Gajah sesungguhnya sangat besar dan semut sangat kecil,” katanya.

Untuk anak prasekolah (3-6 tahun), screen time dapat menghambat perkembangan fungsi eksekutif yang meliputi ketekunan, kontrol reaksi, regulasi emosi, kreativitas, dan fleksibilitas berpikir. Fungsi-fungsi ini dilatih melalui permainan sosial yang tidak terstruktur dan interaksi responsif antara orang tua dan anak.

Para ahli mendesak orang tua untuk membatasi screen time anak-anak mereka dan mendorong aktivitas fisik serta interaksi sosial yang sehat guna mendukung tumbuh kembang yang optimal.

Berikut bahaya over screen time bagi anak di atas 2 tahun:

1. Fungsi eksekutif kurang berkembang

Penggunaan e-book malah menurunkan tingkat pemahaman akan konten yang dibaca karena efek visual pada layar. Kemudian tidak ada interaksi dialogis antara orang tua dan anak sehingga fungsi eksekutif kurang berkembang.

2. Obesitas

Screen time berlebihan pada anak pra sekolah berhubungan dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT) dan berat badan di usia anak berikutnya.

Baca Juga :   Pengguna Ponsel Android Bondong-bondong Migrasi ke iPhone, Gara-gara Gengsi atau… 

Secara tidak sadar, screen time berpotensi obesitas karena faktor paparan iklan makanan di video dan screen time saat makan.

3. Kualitas tidur menurun

Wawan menyebut banyak orang tua mengeluh anak mereka susah tidur. Hal ini akibat durasi screen time berlebihan. Saat durasi screen time tinggi, durasi tidur menurun.

Screen time bisa bikin anak susah tidur selain karena kontennya yang menarik juga paparan blue light (sinar biru) yang menurunkan hormon melatonin (hormon tidur).

4. Perkembangan anak terganggu

Dalam berbagai riset, screen time berlebihan berkaitan dengan gangguan kognitif, gangguan bicara-bahasa, dan gangguan sosial-emosi. Kondisi ini biasanya didukung interaksi orang tua-anak kurang, kebiasaan screen time orang tua, dan masalah fungsi keluarga dalam rumah tangga.

Selain tersebut di atas masih ada efek negatif lainnya, seperti memperburuk kemampuan fungsi motorik anak, membatasi kosakata dan kemampuan dalam berkomunikasi, membuat anak tidak terbiasa dengan kontak mata ketika berbicara dengan orang lain, memiliki short attention span yang membuat mereka sulit berkonsentrasi atau fokus terhadap sesuatu, mengurangi kreativitas untuk mencari jalan keluar dalam memecahkan suatu masalah, menghambat perkembangan anak yang bisa berujung pada munculnya gangguan mental seperti perubahan perilaku, ADHD, conduct disorder, antisosial, dan lain-lain.

Baca Juga :   Tidak Laku, Untuk Pertama Kalinya iPhone Banting Harga

Artikel Terkait

Leave a Comment