samudrafakta.com

Buya Syakur adalah Ulama Kampung Kelas Internasional

Prof. Dr. KH. Abdul Syakur Yasin, MA. Jamaah dan peserta kajiannya di Wamimma TV biasa menyebutnya Buya Syakur. Buya pernah mondok di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, di bawah asuhan Almagfurllah KH. Amin Sepuh dan Almagfurllah KH. Muhammad Sanusi.

Gus Dur menyebutnya sebagai seorang intelektual yang memiliki pemikiran ultra-rasional, karena pemikiran-pemikirannya sarat kritik kepada pemikiran agama yang konservatif dan keumuman orang berfikir. Gus Dur mengatakan: “Pak Syakur itu, Beliau sangat rasional sekali. Kenapa? Karena beliau mampu memadukan dua permasalahan menjadi satu, dan dari kedua masalah tersebut beliau mengambil kesimpulan dengan sangat tepat.”

Bahkan, semasa hidupnya, konon Gus Dur pernah bercerita kepada para mahasiswa beliau, bahwa; “Hanya ada tiga orang cendikiawan Muslim rasional di Indonesia ini. Pertama, Pak Nurcholis Madjid; kedua, Pak Quraisy Shihab; dan yang ketiga Pak Syakur. Namun, kalian tak mungkin tahu siapa Pak Syakur itu. Karena hidup beliau di kampung terpencil nun jauh d isana.”

Buya Syakur sering dikaitkan dengan pemikiran kontroversialnya, karena seringkali pemikirannya tak sejalur dengan pemahaman keumuman para kiai. Namun, memang itulah pemikiran beliau. Apa adanya.

Baca Juga :   Ijtihad Bukan Hanya Hak ‘Orang-Orang Tertentu’, Siapa Saja Berhak Melakukannya

Beliau jarang sekali keluar ke permukaan publik, dalam panggung nasional. Beliau lebih suka berdiam di tempat terpencil nun jauh dari perkotaan. Itulah sebabnya beliau kadang tak dikenal masyarakat Indonesia pada umumnya.

Dalam satu pengajiannya, ia berucap, “Saya lebih suka mengaji di kampung, khususnya di lingkungan saya dilahirkan (Indramayu), karena saya memandang, selain memang kita harus mengembangkan tanah kelahiran dan lingkungan sendiri, di kampung masyarakatnya lebih jujur dibandingkan di kota.” Demikian kurang lebih papar beliau di suatu pengajian.

Di setiap kajian dan ceramah, pendapat, argumentasi, dan paparan Buya Syakur sangat kaya referensi. Buya Syakur seringkali menjelaskan sesuatu dengan multi-perspektif: linguistik, filologi, sejarah, sosiologi, antroplogi, psikologi, sains teknologi, dan ilmu tasawuf. Beliau menguasai Bahasa Arab Kuno dan Bahasa Ibrani. Seringkali pendapat-pendapat beliau sangat orisinal, sering mengejutkan dan, tak jarang juga kontroversial.

Artikel Terkait

Leave a Comment