samudrafakta.com

14 Jemaah Haji Indonesia Meninggal Dunia di Madinah dan Makkah

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memberikan layanan kepada jemaah haji, termasuk juga layanan Kesehatan. Layanan ini diberikan bagi jemaah haji yang membutuhkan pelayanan kesehatan, baik untuk layanan rawat jalan maupun rawat inap. Foto Kemenag

JAKARTA  —  Kementerian Agama mencatat sebanyak 14 jemaah haji meninggal dunia pada pemberangkatan gelombang pertama jemaah haji Indonesia yang berlangsung dari 12 hingga 24 Mei 2024. Calon jemaah haji ini meninggal dunia setelah tiba di Madinah dan Makkah.

“Penyelenggaraan haji Indonesia bisa kita sebut sebagai proses mobilisasi masyarakat sipil terbesar di dunia. Kompleksitas tantangannya sangat tinggi dan itu tercermin dari keberagamaan profil jemaah haji Indonesia, baik dari sisi pendidikan, profesi, kesehatan, termasuk pengalaman bepergian,” ungkap Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie dikutip dari laman Kemenag, Minggu (26/5/2024).

Pada gelombang pertama ini, sebanyak 88.987 jemaah haji reguler Indonesia berangkat ke Madinah, tergabung dalam 229 kloter. Proses pemberangkatan dimulai dari embarkasi di Tanah Air menuju Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Kelompok terbang (kloter) pertama berasal dari Embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG-01), sedangkan kloter 42 dari Embarkasi Solo (SOC-42) menjadi penutup.

Data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mengungkapkan beragamnya profil jemaah haji Indonesia yang berangkat pada gelombang pertama ini. Dari sisi jenis kelamin, terdapat 39.811 jemaah laki-laki (44,7%) dan 49.176 jemaah perempuan (55,3%).

Baca Juga :   Timwas Haji DPR: Banyak Petugas Haji 2024 yang Tidak Ikut Bimtek dan Hanya Modal Rekomendasi

Mayoritas jemaah haji adalah mereka yang belum pernah berhaji, mencapai 87.673 orang (98,52%), sedangkan hanya 1.314 orang (1,48%) yang sudah pernah berhaji. Dari segi pendidikan, mayoritas jemaah haji berpendidikan SD (26.025), diikuti oleh SMA (22.541), dan S1 (21.593).

Dari segi kesehatan, sebanyak 68.781 jemaah masuk dalam kategori dengan risiko tinggi (77%), dengan mayoritas berada dalam rentang usia 60 – 70 tahun (23.856) dan 50 – 60 tahun (21.641). Terdapat juga 59 jemaah disabilitas, dengan 24 laki-laki dan 35 perempuan, yang terbanyak berasal dari Embarkasi Solo (SOC-42).

Kebanyakan jemaah haji lansia (50%) berada pada rentang usia 65 – 70 tahun, dengan 19.375 jemaah masuk kategori ini. Salah satunya adalah Mbah Harjo Mislan yang berstatus jemaah haji tertua tahun ini dengan usia 109 tahun. Dari segi profesi, kebanyakan jemaah lansia adalah petani, ibu rumah tangga, pensiunan PNS, pegawai swasta, dan pedagang.

Artikel Terkait

Leave a Comment