samudrafakta.com

UNESCO Tetapkan Arsip Pidato Bung Karno sebagai Memori Dunia

Menjelang hadirnya bulan Bung Karno—yang biasanya diperingati sepanjang Juni, Juli, dan Agustus—kabar baik datang dari dunia internasional. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan arsip pidato Presiden Pertama Republik Indonesia sebagai Memory of The World (MoW) atau Memori Kolektif Dunia.

 

 

Sebagaimana dilansir Antara, Duta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Rieke Diah Pitaloka mengatakan jika penetapan tersebut diputuskan dalam sidang Pleno Executive Board UNESCO pada 10 – 24 Mei 2023.

Arsip yang dimaksud adalah arsip pidato Bung Karno berjudul To Build The New World, yang disampaikan oleh Bung Karno dalam sidang Umum PBB pada 1960.

Selain pidato Sukarno, arsip gerakan Non-Blok Pertama (GNB I) di Beograd tahun 1961—di mana Bung Karno juga hadir—juga didaftarkan sebagai Memori Kolektif Dunia oleh Indonesia, Aljazair, Mesir, India, dan Serbia. Bersamaan dengan ini pula, Indonesia dan Belanda mendaftarkan tiga manuskrip Hikayat Aceh abad 15-17 ke UNESCO.

Sementara itu, arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) yang terdiri dari potret para delegasi hingga rekaman pidato—termasuk dari Bung Karno—telah lebih dulu tercatat dalam Memory of The World UNESCO pada 8 Oktober 2015.

Baca Juga :   Sukarno: Ramadhan Bukan Bulan yang Melemahkan Perekonomian

Pemerintah Indonesia menyebut arsip KAA, pidato Bung Karno, dan gerakan Non-Blok Pertama sebagai Tinta Emas Abad 20. Sebab, arsip-arsip bersejarah tersebut tak hanya menjadi ingatan kolektif Bangsa Indonesia, tetapi juga diingat oleh seluruh dunia. Indonesia pun diharapkan dapat menggunakan arsip-arsip tersebut sebagai petunjuk arah kehidupan bangsa saat ini dan masa yang akan datang.

Ketiga arsip tersebut merupakan kapital simbolik bagi Indonesia untuk memosisikan diri dalam percaturan geopolitik sekarang dan masa depan. Arsip tersebut juga bisa menjadi pengingat bagi setiap bangsa untuk ada dalam prinsip politik para pendiri bangsa.

Memory of The World (MoW) sendiri merupakan salah satu program UNESCO, sebagai sarana yang mempreservasi fakta-fakta peradaban manusia masa lampau—salah satunya berupa manuskrip.

Data-data pendukung kesejarahan tersebut dikumpulkan dalam bentuk warisan budaya terdokumentasi atau documentary heritage. Memory of The World memberikan kesempatan kepada kelestarian warisan bersejarah serta warisan budaya dunia, terutama kekayaan sastra klasik.

Sampai saat ini, ada 45 negara yang tergabung dalam anggota Komite program Memory of The World, termasuk Indonesia. Komite MoW Indonesia berada di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang beranggotakan pakar-pakar dari berbagai instansi.

Baca Juga :   Sukarno dan Bulan Muharram (1): Menghormati Muharram karena Kagum terhadap Perjuangan Muhammad dan Husein

Perpustakaan Nasional RI sendiri telah menyimpan lebih dari 10.000 naskah kuno dari seluruh aksara Indonesia. Tiga di antaranya adalah yakni Babad Diponegoro, Nagarakertagama, dan I La Galigo. Ketiga arsip kuno tersebut juga mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Memori Kolektif Dunia.

Tak hanya memfasilitasi preservasi warisan budaya terdokumentasi, MoW juga bertujuan menciptakan kesadaran yang lebih besar akan eksistensi dan pentingnya warisan budaya.

(Antara | Toni)

Sepanjang bulan Sukarno, antara Juni — Agustus, Samudra Fakta akan menyajikan laporan khusus segala hal tentang perjuangan dan sisi-sisi positif Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno dalam Laporan “MERAYAKAN BUNG KARNO” —sekaligus untuk melengkapi dan menyambung serial Sukarno dan Ndalem Pojok yang pernah dimuat secara berkala di situs ini. Laporan khusus ini untuk mengajak pembaca kembali menggali nilai-nilai dan karakter Bangsa Indonesia yang digelorakannya—yang seperti saat ini mengalami erosi kian parah. Jangan ketinggalan!***

Artikel Terkait

1 comment

Pidato Bung Karno 30 September 1960: Jadi Memori Dunia, Dilupakan di Indonesia – samudrafakta.com 29 September 2023 at 21:50

[…] Pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB pada 30 September 1960 itu pun ditetapkan menjadi memori dunia. […]

Reply

Leave a Comment