samudrafakta.com

Simon Tahamata, Sepak Bola, dan Generasi Kedua Orang-orang Maluku di Belanda

Simon Tahamata. Foto:Tangkapan Layar Instagram Ajax
Simon Tahamata. (Tangkapan Layar Instagram Ajax)

Penampilan apik pemain sayap kiri ini membuatnya mendapatkan caps pertama dari 22 caps internasionalnya bersama Belanda pada tahun 1979 saat melawan Argentina. Dia sebelumnya tidak terpilih untuk mengikuti seleksi Piala Dunia 1978 setelah masuk dalam daftar 25 pemain sementara Ernst Happel untuk turnamen tersebut.

Pada tahun 1980, Tahamata secara mengejutkan dijual ke klub Belgia, Standard Liège. Dia menikmati masa empat tahun yang indah di Wallonia, dengan memenangkan dua gelar liga Belgia dan membantu klub meraih satu-satunya gelar Eropa pada tahun 1982, saat mereka kalah di Final Piala Winners Eropa dari Barcelona.

Sebagai pemain favorit di antara para pendukung Standard, Tahamata mencetak 40 gol dalam 129 pertandingan untuk Liège, salah satu periode tersukses dalam sejarah klub.

Setelah tiga tahun di Feyenoord, antara 1984 dan 1987, Tahamata menghabiskan sisa kariernya di Belgia bersama Beerschot dan Germinal Ekeren, di mana Tahamata dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Belgia 1990/91, sebelum beralih ke dunia kepelatihan.

Baca Juga :   Ajax Amsterdam, Simon Tahamata, dan Kenangan Kelam Republik Maluku Selatan

Meskipun merupakan pemain internasional Belanda, Tahamata mengambil kewarganegaraan Belgia pada tahun 1990. Mengacu pada pembajakan kereta api dan sekolah di Assen pada tahun 1977, di mana 60 sandera disandera oleh para aktivis Maluku yang memprotes perlakuan buruk terhadap komunitas mereka di Belanda, sang pemain kemudian merefleksikan hubungannya yang penuh konflik dengan masyarakat Belanda.

Simon Tahamata berkata: “Saya memiliki paspor Belanda, kemudian saya mengadopsi kewarganegaraan Belgia. Tetapi itu hanyalah kertas-kertas saja. Saya orang Maluku, jika Anda belum tahu. Saya tidak tinggal di kamp terburuk, tetapi saya bisa saja menjadi salah satu pembajak.”

Tahamata kini berpisah dari Ajax Amsterdam per 1 Maret 2024. Legenda Maluku itu akan menjadi pelatih muda di Deutsche Football Academy di Berlin. Terima kasih Oom Simon.◼︎

Artikel Terkait

Leave a Comment