samudrafakta.com

“Sambung Roso”, Cara OPSHID Merawat Budaya Silaturahmi

Anggota OPSHID menyampaikan parcel lebaran oleh OPSHID kepada warga Penerima Rumah Layak Huni Shiddiqiyyah di Jombang. FOTO: Dok. OPSHID Media
JOMBANG –Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah (OPSHID) memiliki tradisi ‘sambung roso’, yang bertujuan untuk menjalin dan menjaga silaturahmi dengan sesama. Kebiasaan seperti ini perlu dikembangkan di tengah situasi bangsa yang cenderung terpecah-pecah setelah Pemilu.

“Sebagai bentuk silaturahmi dan support kepada sesama manusia,” kata Aria Rahman, dari Departemen Sosial dan Santunan DPP OPSHID, tentang ‘sambung roso’, dikutip Rabu (8/5/2024).

Salah satu tradisi sambung roso itu berlangsung ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H, OPSHID bersilaturahmi dengan warga penerima program Rumah Layak Huni Shiddiqiyyah di seluruh Indonesia. Anggota organisasi kepemudaan ini mendatangi rumah warga langsung sebagai bentuk santun, dan penyampaian parcel sebagai bentuk sedekahnya.

“Barangkali kita menemukan warga penerima bantuan yang mungkin dalam kondisi sakit, tapi belum dikomunikasikan. Dengan sambung roso ini kita lebih mudah untuk memberikan bantuan apabila ada yang perlu dibantu lebih,” ujar Aria.

Dalam Tarikat Shiddiqiyyah, kata Aria, silaturahmi sudah menjadi ciri khas bersama santun dan sedekah. Semangat pemuda yang didasari rasa kasih sayang ini, faktanya, merupakan hal langka saat ini, utamanya di tengah suasana Pemilu belum lama ini—di mana masyarakat Indonesia cenderung terpecah-belah karena perbedaan pilihan politik.

Baca Juga :   KH. Achmad Syuhada: Kombatan Perang Jawa yang Merawat Semangat Cinta Tanah Air

Sebagian masyarakat cenderung lupa rasa hormat menghormati, menghargai satu sama lain, lupa pada sembouan Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Aria, terkikisnya rasa saling menghormati ini disebabkan mulai lunturnya perasaan kasih dan sayang dalam diri sebagian masyarakat. 

“Jika kasih sayang itu ada, tidaklah mungkin terjadi bentrokan, tidak mungkin ada kecurangan, tidak mungkin adanya perbedaan menjadi alasan untuk saling serang menyerang,” kata dia.

Aria menambahkan, semangat untuk menghormati perbedaan ini berkali-kali disampaikan oleh Mursyid Tarikat Shiddiqiyyah Kiai Moch. Mukhtar Mu’thi. Sang Mursyid mengajarkan supaya manusia bisa hidup dan berkembang dengan bijaksana.

Orang bijaksana, menurut ajaran Mursyid Shiddiqiyyah—sebagaimana disampaikan Aria—adalah orang yang menghormati perbedaan, yang selaras dengan semboyan Negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika.♦

Artikel Terkait

Leave a Comment