samudrafakta.com

Pidato Bung Karno 30 September 1960: Jadi Memori Dunia, Dilupakan di Indonesia

Setiap tanggal 30 September, Indonesia selalu dibawa kepada ingatan tentang tragedi politik yang terjadi di penghujung bulan ini, pada tahun 1965 lalu. Namun, satu peristiwa penting yang berlangsung 5 tahun sebelum tragedi, di tanggal yang sama, tak lagi diingat. Padahal, dunia mengakui momen tersebut sebagai memori dunia. 

Momen yang terlupakan itu adalah ketika Presiden Sukarno memperkenalkan dan mengampanyekan Pancasila di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB pada 30 September 1960—atau lima tahun sebelum tragedi yang oleh Sukarno disebut Gerakan Satu Oktober atau Gestok itu. Saat itu Presiden Sukarno diberi kesempatan menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB yang berjudul To Build The World A New atau Membangun Dunia Baru.

Dikutip dari situs Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional Indonesia, teks pidato Sukarno di Sidang Umum PBB itu sepanjang 28 halaman. Dalam pidato tersebut Sukarno menyinggung Pancasila sebanyak 23 kali. Menurut Bung Karno, Pancasila adalah lima sendi negara yang tidak berpangkal kepada gagasan Manifesto Komunis atau Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.

Baca Juga :   Ejaan “Sukarno” adalah Penegasan Kemerdekaan dan Kedaulatan Berbahasa

Pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB pada 30 September 1960 itu pun ditetapkan menjadi memori dunia.

Dalam pidato tersebut, Bung Karno mencetuskan manifesto intelektual, politik, dan ideologi yang bersifat internasional: bahwa dunia harus dibangun kembali. Pembangunan dunia kembali disebabkan oleh bangkitnya kemerdekaan di negara Asia-Afrika, sebagai perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme.

Ajakan Bung Karno untuk membangun dunia kembali didasarkan pada Pancasila. Di forum internasional yang dihadiri para pemimpin dunia itu, Bung Karno mengenalkan dan menawarkan Pancasila sebagai ideologi internasional.

Bung Karno menyampaikan argumentasi kenapa setiap negara perlu mengadopsi Pancasila sebagai ideologi kenegaraannya. Dia mampu membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya bersifat nasional keindonesiaan, tetapi universal dan internasional. 

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah nilai universal, kemanusiaan universal, nasionalisme universal, demokrasi universal dan keadilan sosial universal. Khusus nasionalisme, Bung Karno menjelaskan bahwa nilai ini universal, sebab nasionalisme dianut oleh semua negara modern.

Artikel Terkait

Leave a Comment