samudrafakta.com

Petualangan Bisnis Prabowo: Panjang dan Pasang Surut, Sempat Panas-Dingin dengan Luhut

Prabowo Subianto dengan latar belakang PT Kertas Nusantara, yang sebelumnya bernama PT Kiani Kertas. Bisnis ini sempat membuat hubungannya dengan Luhut Binsar Panjaitan panas-dingin. (Ilustrasi SF)
Menteri Pertahanan (Menhan) RI sekaligus Calon Presiden (Capres) 2024–2029 Prabowo Subianto tercatat memiliki harta kekayaan Rp2,04 triliun. Angka tersebut sebagaimana tercantum dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 31 Maret 2023. Dia punya jejak petualangan bisnis yang panjang dan pasang surut.

Sebelum aktif di dunia politik, Prabowo pernah menjadi perwakilan kelompok bisnis bernama Tirtamas/Comexindo yang dikelola adiknya, Hashim Djojohadikusumo,

Dikutip dari tulisan George Aditjondro dalam buku Korupsi Kepresidenan (2006), saat di Aman, Yordania, Pranowo berupaya mempersiapkan bisnis tambang, pengolahan kertas, dan penggalian sumber-sumber energi.

Pada tahun 2001, Prabowo dan rekannya mendirikan Nusantara Energi, perusahaan yang kemudian menjadi mesin pendulang kekayaan bagi Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu.

Awalnya, bisnis Prabowo bergerak di industri kertas, dengan nama PT Kiani Kertas. Lokasinya ada di Berau, Kalimantan Timur.

PT Kiani Kertas ini mulanya dipunyai oleh ‘Raja Hutan’ era Orde Baru, Bob Hasan. Namun, pada tahun 1990-an, perusahaan ini diambil alih negara karena dianggap tidak sehat. Karena alasan inilah Prabowo ingin membangkitkan perusahaan kertas tersebut.

Baca Juga :   Sri Mulyani, di Antara Panas-Dingin Hubungan dengan Prabowo, dan Peluangnya Kembali Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Dia membeli Kiani Kertas senilai Rp1,8 Triliun, lalu mengubahnya menjadi PT Kertas Nusantara. Pengambilalihan ini membuat hubungannya dengan senior di TNI, Luhut Binsar Panjaitan, kembali mencair.

Sebagaimana diulas oleh Hendra Budiman dalam buku Para Pembisik Jokowi (2015), Prabowo merupakan Presiden Direktur Kiani Kertas, sementara Luhut Binsar Panjaitan menduduki kursi Komisaris Utama. Sayang, hubungan positif dua jenderal TNI itu tidak berlangsung lama.

Kondisi perusahaan yang tak kunjung membaik membuat hubungan keduanya sempat renggang kembali. Kiani Kertas tetap dianggap perusahaan yang tak sehat di tangan Prabowo. Dia dianggap tidak begitu sukses.

Setelah gagal di industri kertas, Prabowo beralih ke sektor bisnis lain. Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) dan Panglima Komandd Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) ini sempat bermain di bisnis minyak kelapa sawit melalui PT Tidar Kerinci Agung. Dia juga sempat berkecimpung di bidang perikanan melalui PT Jaladri Nusantara. Sektor minyak dan gas (migas) juga pernah digelutinya, lewat PT Nusantara Energy.

Seluruh bisnis itu berada di bawah naungan Nusantara Group. Grup bisnis ini membawahi 27 perusahaan di dalam dan luar negeri.

Baca Juga :   Gibran Dinilai Sukses Debat karena Meniru Gaya Bapaknya

Prabowo tidak sendirian dalam menjalankan bisnisnya. Dia menaruh kepercayaan besar kepada rekan politik dan keluarganya. Inilah yang menjadi kunci bisnis Prabowo.

Fadli Zon, dalam situs resmi pribadinya, pernah menyebut nama-nama seperti Hashim Djojohadikusumo, Widjono Hardjanto, Bambang Atmadja, dan dia sendiri sebagai eksekutif yang membesarkan bisnis Prabowo.

Artikel Terkait

Leave a Comment