samudrafakta.com

Peci Hitam Bung Karno: Simbol Perlawanan terhadap Penjajahan dan Kebotakan

Setelah Bung Karno bebas, Belanda tetap mengawasinya secara ketat. Apalagi, Bung Karno terus menulis kritik tajam terhadap Pemerintah Hindia Belanda di koran Fikiran Ra’jat yang dia kelola. Karena awak redaksinya punya ciri khas memakai peci hitam, sampai-sampai Pemerintah Hindia Belanda pun mengeluarkan edaran yang isinya larangan membaca Fikiran Ra’jat dan mengenakan peci.

Hingga pada akhirnya, peci hitam Sukarno pun menghadirkan makna psikologis berupa simbol perlawanan kepada penjajahan dan imperialisme pada masa itu.

Di saat yang sama, peci hitam Bung Karno juga membawa makna sosiologis: bahwa Bung Karno seorang pemimpin revolusi yang benar-benar merakyat serta tulus untuk perjuangan rakyat Indonesia. Makna peci hitam kemudian berkembang menjadi simbol untuk mempersatukan rakyat guna melawan penjajah, sekaligus menggambarkan tak adanya kesenjangan antara pemimpin revolusi dan rakyatnya.

“Peci Hitam merupakan simbol perlawanan kepada penjajahan, kepada imperialisme dan peci hitam merupakan simbol paling tepat menggambarkan untuk waktunya rakyat berada di atas,” jelas Dr. Abdul Gaffar Karim, Dosen Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, dalam episode 8 Diskusi Bung Karno Series, yang diselenggarakan oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan, pada bulan Mei 2021.

Baca Juga :   Mengenang Benteng Ekonomi Sukarno: Yang Kokoh, Namun Dilupakan Kini

Selama menjadi Presiden Republik Indonesia, Sukarno juga selalu berpeci hitam. “Selama aku jadi presiden, seluruh mata bangsa Indonesia akan melihat dan memperhatikanku, termasuk pakaian yang aku pakai. Itu sebabnya aku selalu berpakaian rapi dan memakai peci hitam, yang aku harapkan menjadi ciri atau identitas bangsa Indonesia,” tegasnya, sebagaimana ditulis dalam buku Sewindu Bersama Bung Karno.

“Kalau sekarang (setelah menjadi presiden—red) peci itu bagiku lebih merupakan sebagai lambang untuk pertahanan diri. Sesungguhnya kepalaku kian hari semakin botak,” imbuhnya.

(Wijdan | Diolah dari Berbagai Sumber)

Artikel Terkait

Leave a Comment