samudrafakta.com

Meninggalkan Dolar, Menguatkan Rupiah

Selama ini, dolar AS digunakan sebagai patokan untuk kebijakan ekonomi dunia. Namun, belakangan ini sejumlah negara memutuskan mengurangi penggunaan dolar AS dalam transaksi ekonominya. Keputusan ini disebut dedolarisasi. Indonesia sudah mulai menerapkannya dan diharapkan berdampak pada penguatan posisi rupiah.

Dengan kebijakan dedolarisasi, nilai tukar rupiah diharapkan akan menguat.

Dedolarisasi adalah upaya pemerintah atau bank sentral suatu negara untuk menurunkan ketergantungan terhadap dolar AS. Upaya ini bisa berbentuk penurunan porsi dolar pada cadangan devisa atau perdagangan internasional.

Banyak sekali manfaat yang didapat dengan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS ini, mulai dari stabilitas mata uang dalam jangka panjang, menghindari inflasi berlebihan, sampai persoalan politik, di mana sebuah negara menjadi lebih independen dari pengaruh negara tertentu.

Aksi dedolarisasi menjadi tren internasional yang efektif untuk mengurangi porsi dolar AS, khususnya dalam hal cadangan devisa di bank sentral. Dominasi dolar AS dalam stabilitas moneter juga perlu diwaspadai. Sebab, semakin besar ketergantungan suatu negara terhadap dolar AS, maka semakin cepat transmisi krisis yang dirasakan.

Baca Juga :   RI, Thailand, dan Malaysia Gunakan Mata Uang Lokal untuk Transaksi Bilateral
Upaya Indonesia dalam Mengurangi Ketergantungan Dolar AS

Indonesia juga berupaya keluar dari ketergantungan dolar AS. Negara ini menggunakan skema local currency settlement (LCS), atau yang kini berkembang menjadi local currency transaction (LCT).

Skema ini merupakan proses penyelesaian pembayaran internasional tanpa perlu menukarkan mata uang lokal ke mata uang asing. Dalam skema LCT, dua pihak yang terlibat dalam transaksi menggunakan mata uang negara masing-masing. Artinya, tidak ada mata uang ketiga yang terlibat sebagai perantara.

Menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, sebagaimana dikutip dari Kumparan, Indonesia sudah lebih dulu mengimplementasikan dedolarisasi melalui kebijakan LCT. Bahkan, kata Perry, Indonesia berencana membangun ASEAN Payment Connectivity.

“LCT berarti menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan, investasi. Bahkan kami ingin bangun ASEAN Payment Connectivity,” kata Perry dalam konferensi pers, Selasa, 18 April 2023.

Perry menambahkan, Indonesia telah menjalin kerja sama dengan dengan empat negara ASEAN, yakni Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina dalam melaksanakan LCT.

Dengan skema ini, eksportir yang ingin mengirim barang ke Malaysia dan Thailand bisa memakai uang ringgit atau bath. Tidak perlu dikonversi dua kali, seperti dari rupiah ke dolar lalu dolar ke mata uang lokal tujuan ekspor.

Baca Juga :   Ini Dia 5 UMP Teratas Tahun 2024, Provinsimu Termasuk Enggak?

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, transaksi LCT Indonesia dengan Jepang tembus USD957 juta hingga Februari 2023, atau dalam dua bulan di awal tahun 2023 ini. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun 2022, yang hanya sebesar USD350 juta per bulan. Jumlah pelakunya juga tumbuh, dari 1.740 menjadi 2.014.

“LCT antara Indonesia dengan negara mitra akan semakin meningkat, didorong oleh perekonomian Tiongkok yang membaik dan kerja sama baru dengan Korea Selatan,” kata Destry.*

Artikel Terkait

Leave a Comment