samudrafakta.com

Kisah Sidharta Gautama dan Pencerahan di Bawah Pohon Tin

Sidharta Gautama bertemu cahaya di bawah pohon bodhi. Pencerahan itu melahirkan ajaran yang dikenal sebagai Buddhisme.

Terma “Buddha” sendiri merupakan istilah, bukan nama atau identitas suatu agama. Menurut Abul Kalam Azad, seorang tokoh reformis sekaligus menteri pendidikan pertama di India, “buddha” berarti “guru”. Islam, menurut Azad, menyebutnya “nabi”. Arti harfiah dari “buddha” sendiri adalah “yang tercerahkan”.

Buddha, menurut Azad, bukanlah identitas yang hanya identik dengan Sidharta Gautama. Siapa pun yang hidupnya tercerahkan, sebagaimana ajaran agama ini, boleh menyebut dirinya sebagai Buddha.

Sidharta Gautama sendiri disebut Buddha Sakyamuni. Dia meramalkan bahwa pada suatu masa akan datang seorang Buddha pamugkas bernama Buddha Maitreya. “Maitreya”, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, berarti “yang dapat dipercaya”, “yang baik hatinya”, atau “yang terpuji”.

Bagi banyak orang, salah satunya Abdul Kalam Azad, ramalan itu diartikan sebagai ramalan kedatangan Nabi Muhammad Saw. Yang dimaksud Sidharta sebagai “Buddha Maitreya” adalah Nabi Muhammad Saw.

Abdul Kalam Azad

Bagi yang mendalami Buddhisme, mereka yakin bahwa pencerahan bisa didapatkan melalu banyak jalan. Maka dari itulah ada banyak aliran dalam Buddhisme. Ada yang mencari pencerahan dengan jalan ilmu, jalan kerja, bahkan ada juga dengan jalan berperang. Ada juga yang mencari pencerahan dengan tertawa, di mana seseorang mengalami pencerahan dengan selalu tertawa dan menyenangkan orang lain.

Baca Juga :   Menengok Kampung Buddha di Ponorogo yang Tak Banyak Diketahui Orang

Masing-masing orang bebas mau menempuh jalan yang mana saja, yang penting tercerahkan—atau sampai pada momen kebuddhaan. Saat mendapatkan pencerahan, seorang penganut Buddhisme sudah tidak menginginkan apa-apa lagi. Selama manusia masih memiliki keinginan, belum puas dengan kondisinya saat ini, berarti dia belum tercerahkan. Dia belum menjadi Buddha.

Dan menurut Abdul Kalam Azad, pohon bodhi adalah nama lain dari pohon ara dalam bahasa Indonesia. Atau dalam bahasa Arab disebut ‘pohon tin’. Maka, menurut Azad, bisa dimaknai bahwa Sidharta mendapat pencerahan spiritual di bawah pohon tin—pohon yang menjadi nama salah satu surah dalam Al-Quran.

Maka dari itulah, dalam Islam, beberapa orang menduga bahwa Sidharta Gautama adalah Nabi Zulkifli. Dugaan itu muncul karena dua alasan.

Pertama, menurut Azad, Zulkifli sebenarnya bukan nama orang, tetapi merujuk pada nama tempat, yaitu Kifl atau Kapil. Secara terminologi, istilah itu mendekati nama tempat kelahiran Sidharta Gautama, yaitu Kapilavastu.

Alasan kedua, Sidharta mengalami pencerahan di bawah pohon bodhi. Bahasa Indonesia mengenalnya sebagai pohon ara. Sedangkan dalam bahasa Arab dikenal sebagai pohon tin. Sementara itu, Al-Quran menyebutkan empat nabi dengan simbolnya masing-masing dalam QS. Al-Tîn: 1 – 3,  “wat-tīni waz-zaitn wa ṭri sīnīn wa hāżal-baladil-amīn”.

Baca Juga :   Sanghadana Vesak Festival 2024 Jadi yang Terbesar Se-Indonesia

Baladil-amīn adalah Mekkah, simbol Nabi Muhammad Saw.; zaitun itu tumbuh di Yerusalem, simbol Nabi Isa As.; wa ṭụri sīnīn itu Gunung Tursina, simbol Nabi Musa As.; dan kata paling awal dari ayat tersebut, wat-tīni, menurut beberapa pihak, merujuk pada pohon bodhi, simbol Nabi Zulkifli. Itulah argumen Abul Kalam Azad.

Namun demikian, tema ini cukup sensitif untuk umat Muslim maupun Buddha, sehingga jarang dijadikan pembahasan serius yang dikupas dengan pisau sejarah-ilmiah.

(Farhan | Diolah dari Berbagai Sumber)

 

 

Artikel Terkait

Leave a Comment