samudrafakta.com

KH. Achmad Syuhada: Kombatan Perang Jawa yang Merawat Semangat Cinta Tanah Air

Pesantren Majma'al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, di Desa Losari, Kecamatan Ploso, Jombang, Jawa Timur. (Dok. SF)

Sementara itu, menurut sebuah artikel berjudul Jidor Sentulan: Sejarah, Media Dakwah, dan Identitas Lokal Jombang yang ditulis oleh Li’ila Nur Ainiyah dan Hendra Afiyanto, untuk menarik masyarakat lokal agar mau datang dan nyantri di Kedungturi, Kiai Syuhada juga memanfaatkan jalur budaya. Artikel tersebut dimuat dalam JurnahTsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam, Volume 8, No I, terbitan Universitas Islam Negeri (UIN)Fatmawati Sukarno Bengkulu, tahun 2023.

Dalam artikel tersebut tertulis jika Kiai Achmad Syuhada sempat tinggal di Dusun Sentulan, Desa Bongkot, Kecamatan Peterongan, Jombang. Di Dusun Sentulan inilah, menurut artikel tersebut, Kiai Syuhada mengkreasi kesenian bernama Jidor Sentulan.

Kesenian ini terkreasi demi mendamaikan masyarakat lokal yang belum memeluk Islam dan sering ribut. Kiai Syuhada memanfaatkan Jidor Sentulan untuk menyatukan mereka, untuk kemudian dibawa masuk Islam.

Karya seni Kiai Syuhada itu rupanya mampu menarik perhatian masyarakat. Mereka berbondong-bondong menonton, bahkan ada yang mau bergabung sebagai anggota dan pemain pertunjukan. Mbah Syuhada pun memfasilitasi mereka dengan membentuk sebuah grup kesenian bernama Losorirowo. Nama itu diambil dari nama Desa Losari, tempat di mana Pesantren Kedungturi berdiri.

Baca Juga :   Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan Lahirnya NKRI adalah Dua Momen Berbeda yang Wajib Diperingati

Kiai Achmad Syuhada wafat pada tanggal 7 Rabiul Awwal 1323 H/12 Mei 1905. Dia meninggalkan lima putra dan putri: Murtasiyah, Mu’alim, Abdul Ro’is, Achmad Cholil atau Abdul Mu’thi; dan Rowati.

Jenazah Kiai Syuhada dimakamkan di belakang pesantrennya. Sayangnya, sejak Kiai Syuhada wafat, pamor Kedungturi semakin redup, hingga lama-lama dilupakan orang. Namun demikian, semangat cinta tanah air yang diembuskan pesantren itu tetap lestari di sekitaran Desa Losari, Ploso, Jombang, kendati pesantrennya sudah tak eksis lagi. Adalah KH. Abdul Mu’thi, putra ke-4 Kiai Syuhada, yang terus berusaha melestarikan semangat tersebut.

Nuansa cinta tanah air ala Pesantren Kedungturi yang masih terawat dengan baik itu pun kembali bergairah sekitar hampir tujuh dasawarsa kemudian, ketika Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah berdiri di bekas lokasi pesantren tua itu pada 1 Zulhijah 1393 H/3 Januari 1974. Pendirinya adalah putra KH. Abdul Mu’thi, KH. Moch. Muchtar Mu’thi—yang juga cucu Kiai Achmad Syuhada.

Semangat yang dibawa Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman masih sama dengan passion Pesantren Kedungturi pada masa lalu: mengajarkan akhlak, budi pekerti, patriotisme, dan semangat cinta tanah air yang dibawa dari semangat pasukan Pangeran Diponegoro.—bersambung

—Foto: Lingkungan Pondok Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman, yang di masa lalu merupakan Pesantren Kedungturi. KH. Achmad Syuhada dimakamkan di dalam areal ini. (Dok. SF)

Baca Juga :   DHIBRA Gelar Santunan Nasional untuk Membangun Kejayaan Indonesia
Wijdan | mg-03 | dirangkum dari berbagai sumber  

—Catatan: Selain bersumber dari buku Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855 karya Peter Carey, artikel ini juga mengutip sumber dari hasil kajian kesejarahan Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, Jombang, mengingat begitu minimnya sumber-sumber sejarah resmi yang menjelaskan tentang KH. Achmad Syuhada.—

Artikel Terkait

2 comments

KH. Abdul Mu’thi: Pengusaha Bertangan Dingin, Aktivis, dan Guru Ngaji Sukarno Kecil – samudrafakta.com 13 Oktober 2023 at 12:33

[…] KH. Achmad Syuhada: Kombatan Perang Jawa yang Merawat… […]

Reply
KH. Mochammad Muchtar Mu’thi (1): Hakul Yakin NKRI, Penjaga Semangat Cinta Tanah Air – samudrafakta.com 17 Oktober 2023 at 23:06

[…] KH. Achmad Syuhada: Kombatan Perang Jawa yang Merawat… […]

Reply

Leave a Comment