samudrafakta.com

Kader PDI Perjuangan ‘Tidak Patuh’ Pilihan Partai di Pilpres, Caleg Fokus Menangkan Dirinya Sendiri

JAKARTA—Suara PDI Perjuangan atau PDIP masih relatif tinggi berdasarkan hitung cepat Pemilu Legislatif (Pileg), tapi justru tidak mampu mendongkrak suara paslon yang mereka usung yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Disinyalir karena kader kader-kader di akar rumput ‘tidak patuh’ pada pilihan partai, sementara calon anggota legislatif (caleg) PDIP lebih fokus memenangkan dirinya sendiri daripada Capres-Cawapres yang diusung.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai ada kemungkinan pemilih loyal PDIP memiliki pilihan lain untuk Capres dan Cawapres, sehingga perolehan suara partai tidak selaras dengan suara pasangan Ganjar Pranowo -Mahfud MD—yang menurut hasil hitung cepat berbagai lembaga survei berada di posisi paling buncit atau urutan tiga, di bawah Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin.

“Ini artinya pemilih PDIP tidak ikut pilihan partai untuk Capres-Cawapres,” kata Ujang, dikutip dari republika.co.id, Kamis (15/2/2024).

Menurut Ujang, wajar bila ada perbedaan pilihan partai dan pilihan terhadap Capres-Cawapres. Untuk pilihan partai, kata Ujang, kader-kader yang menyentuh akar rumput sudah menjalin keterikatan yang sangat erat dengan pemilihnya sejak lama—bahkan jauh-jauh hari sebelum Pemilu.

Sementara Capres-Cawapres, menurut Ujang, baru berkeliling menyapa masyarakat tiga bulan pada masa kampanye. Akibatnya, ikatan emosional Capres-Cawapres dengan masyarakat tidak sekuat kader-kader yang maju menjadi calon legislatif.

Baca Juga :   Ribuan Pemilih di 2.271 TPS Mengaku Diintimidasi Oknum Agar Memilih Calon Tertentu

“Capres-cawapres ini keterikatannya kan baru begitu dideklarasikan sebagai pasangan kan baru beberapa bulan lalu,”ujar Ujang.

Ujang juga menduga PDIP realistis untuk tidak memburu kemenangan di dua kontesasi, yakni Pileg dan Pilpres.  “Saya melihat di situ. PDIP yang penting jangan sampai kalah dua-duanya (Pileg dan Pilpres). Jadi, strateginya memenangkan Pileg, enggak apa-apa Pilpres kalah,” ujar Ujang.

Suara 03 Jeblok di Jawa Tengah dan Bali

Diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih melakukan rekapitulasi suara Pilpres dan Pileg 2024. Hingga Jumat (16/2) pukul 07.00 WIB, hasil hitungan manual (real count) sementara menunjukkan pasangan capres-cawapres nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD kalah dari Prabowo Gibran di Jawa Tengah dan Bali–yang selama ini dikenal sebagai “kandang banteng”.

Menanggapi fakta tersebut, Ujang mengatakan bahwa sebenarnya hasil semacam ini juga di luar dugaan  PDIP sendiri. Sebab, sambungnya, kampanye terakhir Ganjar-Mahfud digelar di Solo, Jawa Tengah yang kerap diibaratkan juga sebagai lumbung suara PDIP.

Ujang mengatakan kampanye terakhir yang digelar tersebut ternyata hanya bisa berefek kepada suara PDIP, namun tak berdampak pada raihan suara Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah.

Baca Juga :   Jatim Tempati Posisi Ketiga Indeks Kerawanan Pemilu

“Ya ini di luar dugaan PDIP ya. PDIP merasa percaya diri dan kampanye terakhir di Jawa Tengah, besar-besaran untuk menjaga suara partai sekaligus yang sama untuk memenangkan Ganjar-Mahfud.”

“Tapi fakta dan kenyataannya, mereka hanya bisa mengawal suara partai, tetapi tidak bisa memenangkan Ganjar-Mahfud,” katanya dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (15/2/2024).

Ujang menilai tergerusnya suara Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah akibat ‘Jokowi Effect’, di mana Presiden Jokowi terus menyasar Jawa Tengah dan Bali lewat gelontoran bantuan sosial (bansos) yang kerap disalurkannya menjelang pencoblosan.

“Mungkin ada faktor lain yaitu efek Jokowi, ya, yang melakukan operasi di Jawa Tengah untuk memenangkan Prabowo-Gibran dan hasilnya Prabowo-Gibran menang. Makanya, bansos itu kan jor-joran diberikan di Jawa Tengah. Ya itulah Jokowi Effect,” jelasnya.

Selain efek gelontoran bansos, Ujang menilai, faktor ketokohan Jokowi dan Gibran juga menjadi faktor Ganjar-Mahfud kalah dari pasangan capres-cawapres nomor urut 02.

“Jokowi kan orang Solo, orang Jawa Tengah. Gibran juga orang Solo. Jadi ya bisa merebut suara di situ sehingga Prabowo-Gibran menang di situ,” ujarnya.

Baca Juga :   Para Gus di Pangkuan Prabowo - Gibran

Ujang juga menilai kalahnya Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah dan Bali akibat caleg PDIP yang lebih memilih untuk memikirkan nasib suaranya di Pileg 2024. Selain itu, dia menganggap caleg PDIP tertekan dengan adanya surat instruksi dari DPP PDIP agar suara yang diraih sama dengan Ganjar-Mahfud.

Sebagai informasi, surat edaran itu sempat viral pada akhir tahun 2023 lalu dan ditandatangani oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.

“Ya bisa jadi. Dalam keadaan terdesak, dalam keadaan tekanan, maka harus ada yang diselamatkan. Penyelamatan terbaik adalah, ya memenangkan Pileg, memenangkan partainya sendiri daripada memenangkan capres-cawapresnya,” ujarnya.

Ujang mengatakan adanya kemungkinan pula caleg PDIP di Jawa Tengah dan Bali merasa gamang apakah untuk memenangkan dirinya sendiri atau Ganjar-Mahfud.

“Daripada hancur dua-duanya ya, daripada kalah dua-duanya sehingga PDIP-nya masih unggul, Ganjar-Mahfud nya yang kalah (di Jawa Tengah dan Bali),” pungkasnya.❒


FOTO: Presiden Jokowi, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, dan Ganjar Pranowo, setelah PDIP mengumumkan Ganjar sebagai Capres PDIP, 21 April 2023. (Dok. Antara)

Artikel Terkait

Leave a Comment