samudrafakta.com

Jangan Biarkan Bayi Anda Mengalami Kaki Pengkor, Begini Cara Menyembuhkannya

Hadirnya buah hati tentu membuat kedua orang tua bahagia. Kakek-nenek, dan keluarga besar menyambut dengan riang gembira. Saking bahagianya, orang tua terkadang luput memeriksa kondisi tubuh bayi yang baru lahir. Kadang ada bayi yang bentuk kakinya pengkor. Bila dibiarkan kaki pengkor akan mengganggu buah hati ketika dewasa nanti.

Kaki pengkor dalam istilah kedokteran disebut Congenital Talipes Equinovarus (CTEV). Kata ‘talipes’ seperti dilansir laman Pelayanan Kesehatan, Kemenkes, diambil dari Bahasa Yunani talus yang berarti pergelangan kaki dan pes yang berarti kaki.Kelainan kaki ternyata sangat sering dijumpai di masyarakat. Insidensi kelainan kongenital ini beragam antara 1-2 kasus per seribu kelahiran bayi. CTEV lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dibanding perempuan.

Kebanyakan kasus yang terjadi adalah kasus bilateral (kanan-kiri). Penyebab dari kelainan bawaan CTEV masih belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa teori yang menyatakan bahwa kelainan ini dapat disebabkan karena faktor genetik, faktor masalah kehamilan, dan faktor infeksi.

Kelainan kongenital atau bawaan CTEV ini memiliki beberapa ciri-ciri yang seharusnya sudah tampak begitu bayi lahir. Ciri khas dari CTEV sebagai berikut, kaki bisa satu atau keduanya, berotasi ke bagian dalam atau dalam kasus tertentu dapat juga berotasi ke belakang dan terdapat lekukan kulit pada kaki bagian dalam. Selain itu, kelainan bawaan CTEV ini juga sering diiringi dengan kegagalan menutupnya tulang belakang. Untuk itu orang tua juga harus memeriksa kedaan tubuh bayi secara keseluruhan dari ujung kepala sampai ke ujung jari kaki.

Kaki Pengkor Bisa Disembuhkan

Jika anda mencurigai kelainan bawaan CTEV pada bayi baru lahir segera bawa bayi tersebut untuk berkonsultasi ke dokter terdekat. Penanganan pada bayi yang mengalami CTEV tidak selalu dilakukan operasi. Penanganan awal yang biasa dilakukan oleh dokter adalah dengan penanganan konservatif menggunakan pemasangan gips secara berkala yang dilakukan selama 5-6 minggu.

Kemudian terapi tersebut akan dilanjutkan dengan memakaikan sepatu khusus pada bayi sampai sekitar 4-5 tahun. Penangan ini harus dilakukan sedini mungkin sejak bayi baru lahir untuk hasil akhir yang lebih memuaskan.

Pada bagian lain, Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ternyata sudah mempunyai program yang dinamakan Mentari Clubfoot. Program ini mengoptimalkan layanan penyembuhan kaki pengkor (Clubfoot) pada anak-anak. Bahkan ada metode penyembuhan kaki pengkor yang diberi metode ponseti.

“Melalui metode ponseti ini, kaki pengkor bisa disembuhkan. Hanya butuh ketelatenan, butuh kemauan dari kita, kemauan dari pasien, dan keluarganya sehingga bisa kita kembalikan ke langkahnya yang seimbang dan masa depan yang lebih baik,” ungkap Sekretaris MPKU PP Muhammadiyah, Dr. dr. Ekorini Listiowati, MMR usai pelatihan “Knowledge Refresh: Basic Ponseti Training” di SM Tower & Convention, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (17/12/2023).

Menurut dia, program Mentari Clubfoot telah berjalan tiga bulan. Pelatihan metode ponseti dan sosialisasi penyembuhan kaki pengkor menjadi agenda penting, mengingat masih banyak orang tua anak dengan kaki pengkor yang tidak tahu kalau bisa disembuhkan secara dini.

Apalagi saat ini juga diperkirakan ada sekira 9,8 juta individu dengan kaki pengkor, dan sebanyak 7,8 juta mengalami disabilitas karena kurangnya akses ke penanganan yang tepat.

“Harapannya Knowledge Refresh ini dapat menciptakan semacam desain keseragaman penanganan guna optimalisasi layanan ini untuk masyarakat,” kata Ekorini seperti dilansir laman Muhammadiyah.or.id.

Dr Hilmi Muhammad, Sp.OT(K), narasumber pelatihan Ponseti training mengapresiasi langkah Muhammadiyah menjaring kasus Kaki Pengkor sedini mungkin.

“Tentu ini menjadi langkah baik ketika Muhammadiyah dengan jaringan rumah sakitnya yang sangat luas, turut terlibat menjaring dan memberikan layanan penanganan kaki pengkor kepada masyarakat,” tutupnya. mg05

__FOTO:Yankes Kemenkes

Leave a Comment