samudrafakta.com

Guru Merdeka: Mendidik dengan Rasa dan Cinta

Guru Merdeka Mengajar dan Belajar

Guru merdeka mengajar selalu memberikan ruang kebebasan kepada peserta didiknya untuk berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif. Guru harus berinovasi dan berkreasi dalam metode mengajarnya. Merdeka mengajar diharapkan mampu menghantarkan siswa ke arah yang lebih baik: mewujudkan siswa yang merdeka belajar. Siswa yang merdeka belajar nantinya dapat memimpin dirinya sendiri, keluarga, dan bangsanya.

Lalu, bagaimanakah kriteria guru yang dikategorikan sebagai guru yang merdeka mengajar?

Pertama, guru yang merdeka memiliki komitmen pada tujuan belajar. Dia memahami mengapa perlu mengajarkan suatu materi atau keterampilan tertentu. Kita hanya bisa komitmen pada saat target ditetapkan oleh diri sendiri, bukan suatu tujuan yang ditetapkan pengawas dan pejabat pendidikan nan jauh di sana. Semuanya dari kita, yang setiap hari bergerak, setiap hari bergiat, memahami sulitnya konsisten terhadap tujuan. Salah satu tantangan kita ini adalah membedakan “cara” dengan “tujuan”. Selama ini kita terjebak pada tugas-tugas administratif, terjebak pada ketentuan-ketentuan birokrasi, sehingga ujian, akreditasi, seleksi, nilai yang sebetulnya hanyalah “cara” malah menjadi “tujuan”, bahkan prioritas utama.

Kedua, guru yang merdeka adalah guru yang mandiri, memahami bahwa dia memerlukan strategi yang efektif buat dirinya agar bisa meningkatkan kompetensi, memperluas kolaborasi, dan mengembangkan karir. Kemandirian jelas banyak tingkatannya. Sayangnya, masih banyak sekali upaya pengembangan guru yang penuh dengan manipulasi. Banyak ketentuan, banyak jabatan, banyak uang yang kemudian membuat proses guru belajar dan semangat guru belajar menjadi sesuatu yang sulit untuk sebagian dari kita. Sebagian dari kita berhenti, mungkin di anak tangga ke tiga dari tahapan kemandirian guru. Menjadi teman interaksi atau memberikan masukan, tetapi masih jauh perjalanannya untuk sampai bisa berdaya dan memegang kendali atas proses belajar kita sendiri.

Baca Juga :   Pendaftaran PPDB Jakarta 2024 Dibuka Hari Ini, Simak Baik-baik Panduannya

Ketiga, guru yang merdeka adalah guru yang reflektif. Ia memahami kekuatannya dan mengenali area yang perlu dikembangkan, serta terus-menerus memantau proses belajarnya untuk memahami keterkaitan dan keberlanjutan setiap tahapan. Refleksi ini juga mudah dikatakan tetapi sulit dilakukan. Di saat guru menggenggam jiwa merdeka ke dalam kelas, para siswa pun akan terbawa. Dengan jiwa merdeka itu, anak akan terasah kreativitasnya, tumbuh menjadi pribadi yang merdeka, bertanggung jawab, dan sehat fisik serta mental.

Satu kalimat bijak mengatakan, “Tetap belajar meski sudah mengajar.” Kalimat tersebut membuka kesadaran bahwa belajar adalah suatu kewajiban yang tetap harus dilakukan oleh para pendidik, sebagai sebuah usaha untuk selalu mengembangkan kompetensi untuk bisa menghadapi tantangan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan harapan untuk siap menghadapi perkembangan zaman. Tentu, tugas pendidik adalah selalu mengembangkan potensi kompetensi masing-masing.

Adapun ciri-ciri guru merdeka belajar, adalah sebagaimana berikut:

Memiliki Keberanian Menghadapi Tantangan

Seorang guru merdeka belajar adalah yang memiliki keberanian dalam menghadapi setiap tantangan. Memiliki inovasi serta keberanian untuk menemukan ide-ide segar. Hal ini tidak semata-mata hanya untuk dirinya saja, akan tetapi juga bagi sang murid. Guru merdeka belajar adalah guru yang mampu membangun kultur atau budaya; mulai dari kultur yang berlandaskan pada tantangan, energi, semangat, inspirasi, ketepatan hati, juga inovasi.

Baca Juga :   "Ipar adalah Maut", Judul Film yang Disinggung dalam Hadits Nabi Muhammad Saw.

Dalam Praktik Mampu Mencontohkan Cara

Ciri selanjutnya adalah mampu memberikan contoh terkait caranya. Hal ini berkaitan dengan sikap dan perilaku guru yang bijaksana. Seorang guru yang merdeka belajar adalah guru yang tidak hanya menyuruh atau memberikan perintah kepada muridnya untuk mengerjakan tugas. Guru harus menjadi model atau contoh.

Bermental Guru Pemenang

Memiliki pemikiran sebagai guru pemenang merupakan salah satu ciri-ciri guru merdeka belajar yang penting untuk dimiliki. Selain itu juga memiliki sikap disiplin serta kepercayaan diri yang kuat. Daya juang yang dimiliki terus konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

Mempunyai Jati Diri untuk Memantik Perubahan

Guru merdeka belajar adalah mereka yang memiliki sikap mental positif. Ia juga harus memiliki keyakinan jika setiap anak atau murid adalah istimewa. Selain itu, mampu untuk terus bertumbuh, tetap belajar, dan meningkatkan skill. Tak lupa pula untuk terus memotivasi serta memberikan energi dan semangat bagi murid-muridnya supaya semakin antusias dalam belajar.

Kebebasan yang Bertanggung Jawab

Guru merdeka belajar memiliki kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan ini meliputi pengetahuan, pengalaman, maupun kebebasan dalam motivasi. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberikan fleksibilitas pada pendidikan sehingga tidak membingungkan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Guru seharusnya tidak terlalu saklek, rigid, dan terpaku pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pusat.

Baca Juga :   Tak Sesuai Prosedur dan Harga Ngawur: Fakta-fakta Mahalnya Harga Seragam SMA di Tulungagung

***

Kualitas dan kapabilitas guru menjadi kunci keberhasilan sistem pendidikan. Dalam budaya Indonesia, guru dipahami sebagai guru, pandita, ratu, wongatuakaro. Guru dalam budaya Jawa adalah ingkang karsa angrancang kapti (orang yang hendak menempuh cita-cita besar).

Terkait konsep guru berkualitas, misalnya, Serat Makutharaja, koleksi Kraton Yogyakarta mengilustrasikan guru sebagai seorang penunggang kuda. Disebutkan bahwa seorang penunggang kuda dalam memegang tali kekang dan mengendalikan kudanya harus memiliki tiga syarat, yakni: kajog (ketulusan), sudapraya (mengurangi kesombongan), dan agnya namandra (akal yang berlebih).

Seorang guru harus memiliki ketulusan hati dalam mendidik, tidak sombong, dan mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup di bidangnya. Dalam Sastra Ageng Adidarma, koleksi Pura Pakualaman, disebutkan bahwa seseorang guru harus terus belajar, baik dari bacaan maupun pengalaman. Guru perlu membaca buku-buku yang berisi ilmu pengetahuan maupun membaca pengalaman: mengamati perilaku anak didiknya agar dapat menemukan metode pengajaran yang tepat dan fungsional. Karena mengajar adalah seni.

Jadi, tidak ada guru yang persis sama gaya mengajarnya antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, juga tidak ada teori yang merumuskan bahwa guru mampu memiliki seni mengajar yang baik. Guru harus mempelajarinya secara alamiah, by process, by experience. Berdasarkan pengalaman mengajarnya, maka guru seharusnya terus dan terus merefleksi diri. Jika semua sudah terimplimentasikan, maka saksikan sendiri apa yang akan terjadi.

Selamat Hari Guru Nasional 2022!

——————————-

Faried Wijdan Al-Jufry

Artikel Terkait

Leave a Comment