samudrafakta.com

Gempa Turki: Antara Repetisi Sejarah dan Tuduhan terhadap HAARP

Ilmuan dan masyarakat dunia sepakat jika gempa di Turki dan Suriah—yang per 10 Februari mencatat lebih dari 21 ribu korban meninggal dunia—adalah salah satu peristiwa terburuk dekade ini. Namun, dari sisi penyebab, ilmuan dan masyarakat terbelah menjadi dua kubu. Ada yang berpendapat gempa tersebut merupakan fenomena historis yang terjadi secara alami; sementara di bagian lain ada yang berpendapat bahwa peristiwa tersebut adalah kesengajaan manusia.

Dari sisi linimasa sejarah, Turki memiliki pengalaman panjang bersama gempa bumi—dari generasi ke generasi. Misalnya, sebagaimana dicatat Ibn al-Qalanisi pada abad ke-15, dalam buku Chronicle of Damascus; Dhayl ta’rikh Dimashq (hal. 268–70), pada 11 Oktober 1138 terjadi gempa di Damaskus—kini disebut Aleppo—Suriah, yang memakan korban 230.000 jiwa.

Peristiwa itu dinobatkan sebagai salah satu yang paling mematikan sepanjang masa. Ilmuan modern memperkirakan gempa bumi tersebut berkekuatan magnitudo 7 – 8, dengan episentrum berpusat di Aleppo Suriah Utara, karena wilayah inilah yang disebut rusak parah paling parah dan paling banyak korban jiwanya.

Baca Juga :   Surabaya Bakal Jadi Pusat Latihan Damkar Wilayah Indonesia Timur

Beberapa pihak memperkirakan peristiwa gempa pada masa lampau tersebut berhubungan dengan gempa M 7,7 yang terjadi di Turki pada 6 Februari 2023, karena episentrum gempanya saling berdekatan.

Selain itu, masih menurut catatan sejarah, pernah juga terjadi gempa disertai gelombang tsunami di Konstantinopel pada tahun 1509. Peristiwa tersebut sering disebut sebagai “Hari Penghakiman Kecil” pada zamannya. Tsunami menerjang dari Laut Marmara di wilayah Kesultanan Utsmaniyah, pada 10 September 1509. Gempa berkekuatan M 7,2 yang disertai tsunami tersebut merusak lebih dari seratus rumah, 109 masjid, dan sekitar 10 ribu orang tewas.

Sebagaimana umum diketahui dalam sains, semua lempeng bumi terus bergerak sejauh antara 1 – 5 centimeter per tahun dengan arah tertentu. Gerakan ini menciptakan gempa berulang di wilayah yang sama atau berdekatan dan kurun waktu tertentu—dan rentang waktu yang berbeda untuk wilayah lainnya.

Berpijak pada teori tersebut, sebagian ilmuan menduga bahwa gempa tahun 1138 dan 1509 adalah peristiwa yang berulang. Dan peristiwa tersebut terulang lagi pada 13 Agustus 1822, ketika Aleppo dan Turki selatan-tengah kembali luluh lantak oleh gempa berkekuatan M 7,4. Peristiwa tersebut mencatatkan 7.000 kematian di Aleppo, dengan total korban jiwa mencapai puluhan ribu orang.

Baca Juga :   Korban Gagal Ginjal Akut Gugat Pemerintah dan Perusahaan Obat

Sementara gempa bumi Izmit—yang juga disebut gempa bumi Kocaeli, Gölcük, atau Marmara—terjadi pada 17 Agustus 1999 di barat laut Turki, pukul 03:01:40 waktu setempat. Getarannya berkekuatan M 7,6 dan berlangsung selama 37 detik. Peristiwa ini menewaskan sekitar 17 ribu orang. Kota İzmit rusak total. Sekitar 1,5 juta orang kehilangan rumah tinggal. Episentrum gempa ini berada sedikit ke Timur dari gempa Tahun 1509.

Dari empat Sejarah gempa tersebut, maka sebagian ilmuan berhipotesa bahwa mereka bisa menjelaskan mengapa wilayah Turki adalah wilayah yang sangat rawan gempa bumi. Apalagi jika membuka catatan gempa Turki dari tahun 1900 hingga sekarang.

Gempa Turki tahun 2023 berpusat di Turki selatan, di persimpangan tiga Lempeng tektonik Anatolia, Arab, dan Afrika yang berdampingan. Gempa timbul akibat lempeng tektonik Arab yang terus menerus bergerak ke arah utara dan berhimpit dengan garis patahan Lempeng Anatolia Timur.

Tekanan selama puluhan sampai ratusan tahun itu akhirnya menciptakan tegangan, hingga salah satu tepian lempeng tiba-tiba patah dan menyebabkan guncangan permukaan. Mekanisme ini jugalah yang menyebabkan Gempa pada 13 Agustus 1822.

Baca Juga :   Mengglorifikasi Cinta Tanah Air Tanpa Henti Meski Sering Dianggap Sepi

Gempa Turki 2023 terdiri dari dua gempa dengan magnitudo ekstrem, mencapai M 7,8 dan M 7,5, dan berada pada kedalaman relatif dangkal, yaitu 17,9 kilometer di dekat Kota Gaziantep, Turki, yang dihuni 2 juta orang. Karena itulah, wajar jika gempa ini begitu mematikan.

Artikel Terkait

Leave a Comment