samudrafakta.com

Bung Karno dan Jombang: Tentang Momen-momen Krusial yang ‘Diamputasi’ oleh Sejarah

Salah satu dokumentasi foto kunjungan Presiden Surkarno, yang diyakini berlangsung di Jombang, Jawa Timur. FOTO: Istimewa

Setelah dari Ploso, Bung Karno melanjutkan pendidikan ke Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya. Kemudian kuliah di Bandung dan menjadi aktivis yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Setelah menjadi presiden Indonesia sejak 18 Agustus 1945, Bung Karno setidaknya pernah tiga kali berkunjung kembali ke Jombang.

Kunjungan Pertama, di masa revolusi kemerdekaan. Seperti tertulis di berita koran terbitan 4 Februari 1948:

Pengungsi Tionghoa tidak datang: Pada tanggal 29 Januari 1948, Palang Merah Internasional mengirimkan pesan melalui radio ke Djokja, menyatakan bahwa Palang Merah Internasional sedang menunggu sekelompok pengungsi Tionghoa baru untuk tiba di Mondongan (Modongan Mojokerto) tanggal 2 Februari 1948, menurut seorang rekan divisi Layanan Legercontacten yang dihubungi.

Namun, tidak ada pengungsi Tionghoa yang tiba di Mondongan (Modongan Mojokerto) pada 2 Februari 1948. Seperti diketahui koresponden Aneta di Surabaya. Faktanya, pengungsi Tionghoa yang diharapkan di Mondongan (Modongan Mojokerto) kemarin, tidak sampai di sana. Akibat kunjungan Presiden Sukarno ke Djombang.

Kunjungan kedua, dilakukan Bung Karno bersama istrinya Fatmawati pada pertengahan Januari 1950,” kata Moch. Faisol, penelusur sejarah Jombang yang lain.

Baca Juga :   Si Jenius R.M.P Sosrokartono [3]: Penasihat Spiritual Sukarno, Mandor Klungsu, dan Joko Pring Si ‘Peramal’ Jitu

Perjalanan naik kereta api Bung Karno dari Blitar ke Kediri lanjut Kertosono hingga Jombang, seperti diberitakan di surat kabar Nieuw Courant tanggal 17 Januari 1950: Nyonya Sukarno pun maju ke depan mikrofon.

Lagu Indonesia Raya dinyanyikan di bawah kepemimpinannya. Dua lagu lainnya mengikuti. Dari Barat sampai ke Timur” dan “Sorak-sorak bergembira”. Yang terakhir, pemuda mengambil kuenya. Terdengar pekik Merdeka lebih dari 3 menit. Airnya (kereta api) diisi ulang dan perjalanan dilanjutkan.

Pukul sebelas lebih empat puluh lima, stasiun/kota Djombang sudah di depan mata. Kerumunan orang yang bersorak terlihat dari kejauhan. Teriakan itu mencapai puncaknya ketika Presiden dan istrinya muncul di ujung gerbong.

Pidato singkat dari Presiden dilanjutkan. Menteri Penerangan Arnold Mononutu dan Anak Agung Gde Agung diperkenalkan kepada masyarakat dan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” berupa akhir dari penundaan di Djombang.

Ditemani pekikan Merdeka, kereta mulai melaju. Pemberhentian berikutnya adalah Mojokerto, namun kereta juga berhenti di Sumobito.

Artikel Terkait

Leave a Comment