samudrafakta.com

Agama Bukan Candu, Tetapi Booster Kemandirian Ekonomi

Seruan kemandirian dari Sang Mursyid pun ditindaklanjuti oleh seluruh elemen yang ada dalam Tarekat Shiddiqiyyah dengan aktif menggeluti dunia bisnis. Walhasil, aktivitas usaha pun membudaya dalam tarekat ini. Bisnis tidak hanya dijalankan oleh pengurus pusat. Hampir semua cabang atau perwakilan daerah juga memiliki beragam bidang usaha, disesuaikan dengan  sumber  daya  yang dipunyai masing-masing. Kegiatan  ekonomi  juga  aktif  dikerjakan oleh  semua organisasi  maupun badan  otonom  tarekat Shiddiqiyyah.

Ada banyak bisnis yang dikelola oleh organisasi yang bernaung di bawah tarekat ini, mulai dari usaha mikro kecil menengah (UMKM), waralaba, kuliner, minuman kemasan, industri rokok, hingga bisnis perhotelan.

Di bidang perhotelan, tarekat ini mengelola Hotel  Yusro, satu-satunya hotel berbintang tiga di Jombang kota. Hotel ini mengusung konsep yang cukup unik, artistik, serta mengusung nuansa toleransi antar-umat beragama.

Salah satu fasilitas Hotel Yusro. (SF)

Hotel Yusro menyediakan 110 kamar dengan berbagai tipe, seperti superior, deluxe, deluxe plus, executive suite, president suite, dan royal suite, dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti kolam renang, laundry dry cleaning, pusat kebugaran, pusat bisnis, spa & massage, hot spot area, dan mushala. Hotel ini juga menyediakan fasilitas restauran, coffee shop, dan beberapa meeting room serta ballroom berkapasitas 1.000 orang yang biasanya disewakan untuk acara pernikahan, pameran, seminar, sampai wisuda.

Baca Juga :   KH. Achmad Syuhada: Kombatan Perang Jawa yang Merawat Semangat Cinta Tanah Air

Sebelum berkembang  menjadi  hotel,  bangunan  tersebut  merupakan  restauran dan gedung pertemuan yang beroperasi sejak Februari 2005. Bangunan tersebut kemudian dikembangkan menjadi hotel atas instruksi Kiai Tar. Menurut keterangan Ketua Orshid Joko Herwanto, salah satu alasan Kiai Tar memerintahkan pembangunan hotel tersebut adalah untuk menyukseskan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang pada tahun 2015. Hotel tersebut disediakan sebagai tempat menginap peserta muktamar dan tamu negara. Presiden Joko Widodo pun menginap di hotel ini selama muktamar berlangsung.

Secara fisik, hotel ini mencerminkan nuansa budaya Indonesia. Setiap kamar menyediakan 5 kitab suci agama yang berkembang di Indonesia. Berbagai lukisan yang terpajang di dinding hotel juga mencerminkan simbol semua agama di Indonesia. Melalui ornamen tersebut, Hotel Yusro ingin melestarikan budaya kerukunan dan toleransi beragama yang sudah lama mengakar di Indonesia.

Aktivitas  bisnis lainnya adalah perusahaan  air  minum  kemasan Maaqo.  Perusahaan  ini dibangun pada Desember 2002. Saat ini, perusahaan mampu memproduksi  sekitar 1.200 boks air mineral per hari.  Jaringan  pemasarannya menjangkau hampir seluruh  wilayah Pulau  Jawa.

Baca Juga :   Anti-Radikalisme Sejak Dalam Pikiran

Nama Maaqo  diambil dari  singkatan  kata  dalam bahasa  Arab, “maan ghadaqa”, dikutip dari QS. Al-Jin  [72]: 16, yang berarti “air  yang  segar”. Maaqo  dikampanyekan sebagai air kesehatan yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sebagian besar karyawan perusahaan air minum ini merupakan lulusan Tarbiyah Hifdhil Ghulam wa al-Banat (THGB), madrasah formal yang didirikan Shiddiqiyyah, dan Maqashidul Quran (MQ), lembaga pendidikan setara perguruan tinggi yang dipunyai tarekat.

Air minum kemasan Maaqo. (SF)

Bisnis lain  yang  juga digeluti  Shiddiqiyyah  adalah  Yusro Mart.  Ini adalah  usaha  waralaba hasil kerja sama antara Shiddiqiyyah dengan PT. Sumber Alfalia Trijaya milik Sampoerna  Group. Minimarket ini menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari. Usaha ini dimulai pada 18 Januari 2005. Selain itu, Shiddiqiyyah juga mengembangkan minimarketnya sendiri, yang diberi nama Syukur Barokah Lestari atau SBL. Konsepnya sama dengan Yusro Mart.

Selain bekerjasama di bidang waralaba, Shiddiqiyyah juga menjalin kerja sama di bidang industri rokok dengan PT. Sampoerna. Untuk usaha ini, Shiddiqiyyah mendirikan perusahaan bernama Mufasufu Sejati Lestari pada tahun 1999. Dalam  kemitraan  tersebut, pihak Shiddiqiyyah menyediakan tempat produksi rokok di dua tempat, yaitu di daerah Ploso dan Ngoro, Jombang, sedangkan bahan baku produksinya dipasok oleh PT. Sampoerna. Perusahaan ini menyerap banyak tenaga kerja  dari  masyarakat  sekitar, bukan hanya warga  Shiddiqiyyah saja.

Baca Juga :   Republik Indonesia Sedetik Pun Tak Pernah Dijajah!

Pada perkembangan selanjutnya, Shiddiqiyyah akhirnya juga mengembangkan pabrik rokoknya sendiri, dengan mendirikan Pabrik Rokok Sehat Tentrem Jaya Lestari sejak tahun 2012—yang kemudian terkenal dengan nama rokok Sehat Tentrem atau ST. Perusahaan tersebut kini sudah berganti badan hukum menjadi Perseroan Terbatas (PT) Menurut informasi yang dihimpun Samudra Fakta, rokok ini menyumbang puluhan miliar ke negara dari cukai. Bahkan, sejak tahun 2017 – 2021, perusahaan ini mendapatkan penghargaan sebagai penyumbang cukai tertinggi untuk produk tembakau. Tidak ada sepeser pun keuntungan yang masuk ke kantong Kiai Tar dan keluarganya.

Artikel Terkait

Leave a Comment