samudrafakta.com

71 Tahun Cak Nun: Sang Perajut ‘Cinta Segitiga’ antara Tuhan, Nabi, dan Manusia

Cak Nun dan almarhum Buya Kamba. FOTO: Dok. Istimewa

Keakraban dan sinkronisasi pemikiran Buya Kamba dan Cak Nun mulai terpantik ketika keduanya berdiskusi mengulas pemikiran Ibnu ‘Arabi dalam kitab Futuhat al-Makiyyah. Buya Kamba merasa diskusi tersebut cukup menarik dan mengalir, ketika Cak Nun mampu menjelaskan intisari produk pemikiran Ibnu Arabi secara singkat, padat dan jelas, sementara Cak Nun sendiri mengaku tidak pernah membaca buku Ibnu Arabi.

Karena itulah Buya Kamba pun berpendapat bahwa seseorang bisa lebih mengerti gagasan Ibnu Arabi dalam satu kali pertemuan dengan Cak Nun dibanding beberapa kali pertemuan—bahkan beberapa semester—dengan profesor pengajar materi tasawuf.

Buya Kamba kagum terhadap kemerdekaan dan kemandirian berpikir Cak Nun dan Komunitas Maiyahnya. Buya Kamba menilai Cak Nun dan Maiyah bisa menjadi semacam ‘penangkal racun’ dalam karut-marut zaman modern dengan modal cinta kasih, kepercayaan, dan keikhlasan untuk melibatkan segala hal hanya kepada Allah.

Buya Kamba mengamati Cak Nun dan Maiyah istikamah memelihara kebersamaan yang dirangkai dalam bingkai maiyatullah, being together with Allah, berada dalam status bersama Allah, dalam suasana apa pun bersama Allah, dengan argumentasi teologis maupun filosofis memastikan keberadaan Allah dan keterlibatan-Nya dalam setiap langkah, setiap aktivitas, bahkan setiap napas.

Baca Juga :   Jombang Melahirkan Banyak Pemberani yang Berkontribusi Besar terhadap NKRI

Maiyah, menurut Buya Kamba, memang bukan lembaga formal, ideologis, ataupun aliran keagamaan. Tetapi, menurut Buya Kamba, Maiyah terikat oleh cinta segitiga antara Allah — Rasulullah — manusia, menjadi bekal bagi manusia agar tetap pada tugas utamanya sebagai khalifah yang memelihara alam semesta sesuai kehendak Penciptanya.

Dalam tulisan Maiyah dan Kesejatian Agama, Buya Kamba membeberkan bahwa Cak Nun melalui Maiyah mampu mengembalikan Islam kepada fitrahnya sebagai poros cinta antara Allah, Nabi Muhammad, dan manusia.

Cak Nun dan Maiyah, menurut Buya Kamba, mengajak semua orang untuk memurnikan kembali kesejatian Islam berasaskan jalan kenabian: kemandirian, penyucian jiwa, kearifan dan kebijaksanaan, kejujuran, dan cinta kasih. Dan sepanjang umat Islam belum sepenuhnya kembali kepada kemurnian agama, maka janji-janji Allah untuk mendapatkan hasanah atau kebaikan dunia dan akhirat tak akan pernah terwujud.

Cak Nun, barangkali, hadir di tengah-tengah umat sebagai salah satu penunjuk jalan menuju hasanah itu.

Selamat ulang tahun, Cak. Semoga usiamu dilimpahi berkah.■

Artikel Terkait

Leave a Comment