samudrafakta.com

Sukarno dan Bulan Muharram (2–Habis): Dua Pusaka Bung Karno Dijamas Setiap Akhir Bulan Suro

Pria yang berjoget-joget itu, lanjut Kushartono, menyampaikan kepada Bung Karno dan RM Sajid bahwa dia memegang amanat untuk menyimpan pusaka dari leluhurnya yang harus diserahkan kepada seorang raja yang memasuki rumahnya.

Maka, ketika Bung Karno memasuki rumah itu, sang kepala desa sangat girang bercampur haru, lantaran amanat yang ternyata sudah diturunkan oleh beberapa generasi keluarga kepala desa tersebut akhirnya bisa dituntaskan.

“Memang baru pada generasi sang kepala desa itu amanat tersebut bisa terlaksana. Sebab, jika dipikir-pikir, mana mungkin ada raja masuk ke rumahnya? Keluarga itu sempat beranggapan amanat itu mustahil bisa terlaksana,” tambah Kushartono.

Tapi hari itu, ketika Sukarno menumpang kencing di rumahnya, wasiat leluhur sang kepala desa akhirnya bisa dilaksanakan. Sebab, Sukarno memang masuk rumah itu sebagai seorang “raja” atau pemimpin negara.

Sepulang dari kunjungan itu, Bung Karno menitipkan pusaka berupa tombak bernama Kiai Gandakan dan keris bernama Kiai Sengkelat dari kepala desa tersebut kepada RM Sajid—yang kemudian menyimpannya di Ndalem Pojok .

Baca Juga :   Sukarno: Ramadhan Bukan Bulan yang Melemahkan Perekonomian

“Bung Karno, entah lupa atau sengaja, tidak pernah mengambil atau meminta kembali pusaka tersebut,” ujar Kushartono.

Sementara menurut Andri Setiawan, ahli keris asal Blitar, kedua pusaka yang diterima Sukarno tersebut dibuat oleh Mpu Supo. Sang empu membuat Keris Kiai Sengkelat untuk Raja Brawijaya dari Majapahit.

“Tombak itu jenis Kiai Totog. Kerisnya jenis Kiai Sengkelat. Memang diperuntukkan buat raja,” ujarnya.

Andri menambahkan, kemungkinan kedua pusaka yang didapat Bung Karno tersebut dibuat pada era awal Mataram Islam atau era akhir Majapahit. Keris Kiai Sengkelat ini memang harus dimiliki oleh raja di zaman dahulu. “Zaman dulu Empu Supo membuat Keris Kiai Sengkelat untuk dipegang Raja Brawijaya, untuk menumpas pemberontakan,” terang Andri.

Soal kenapa pusaka itu harus disimpan di Kediri, menurut Kushartono, “Ini memang menjadi misteri, mengapa Bung Karno meminta  harus disimpan di Kediri. Tapi kami yakin seorang Presiden pasti punya maksud dan tujuan. Mungkin supaya orang  ingat  sejarah bahwa Bung Karno lekat dengan Kediri”.(Selesai)

(Wijdan | Diolah dari Berbagai Sumber)

Artikel Terkait

Leave a Comment