samudrafakta.com

Perubahan Iklim Sebabkan DBD Meningkat, Benarkah?

Ilustrasi nyamuk aedes aegepty. FOTO: Canva

“Penelitian ini lebih jauh memerlukan telaah lanjut untuk menggabungkan indikator iklim ke dalam surveilans berbasis risiko mungkin diperlukan untuk demam berdarah di Indonesia,” kata Ilham, dikutip dari Kompas.com, Ahad (12/5/2024). 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri tercatat telah memperingatkan bahwa pemanasan global dengan suhu rata-rata lebih tinggi, curah hujan, dan periode kekeringan yang lebih lama dapat memicu jumlah infeksi demam berdarah di seluruh dunia. Selain faktor iklim, faktor pendorong lain seperti urbanisasi, peningkatan pergerakan orang dan barang, serta tekanan terhadap air dan sanitasi juga berkontribusi terhadap penyebaran demam berdarah. 

Namun, perubahan iklim dianggap sebagai faktor utama yang mendorong peningkatan dramatis kasus demam berdarah secara global dalam beberapa dekade terakhir. Sebab, menurut WHO, bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa perubahan iklim, melalui dampaknya terhadap suhu, curah hujan, dan faktor lingkungan lainnya, merupakan pendorong utama di balik meningkatnya insiden dan penyebaran geografis DBD. 

Penelitian lain terkait isu ini diterbitkan pada 2022, yang mengulas studi retrospektif perubahan iklim yang memengaruhi DBD. Studi lain pada 2023 membahas soal bagaimana perubahan iklim berpengaruh terhadap DBD. 

Baca Juga :   Waspadai Flu Singapura dan DBD Selama Libur Lebaran

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim mengakibatkan meningkatnya penyebaran dan kasus DBD. Tetap waspada dan jagalah kesehatan Anda.

Artikel Terkait

Leave a Comment