samudrafakta.com

Pemkot Sebut Stok Bahan Pangan di Surabaya Aman hingga Hari Raya Idul Fitri

Stok beras di Kios Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Pemkot Surabaya. (Dok. SF)
SURABAYA—Pemerintahan Kota (Pemkot) Surabaya menyatakan bahwa ketersediaan bahan pangan menjelang bulan suci Ramadan 2024, dipastikan aman. Bahkan, ketersediaan bahan pangan di Kota Surabaya mencukupi hingga Hari Raya Idul Fitri 2024.

Ketua Tim Kerja Pengendalian dan Distribusi Perekonomian Pemkot Surabaya, Agung Supriyo Wibowo menjelaskan, indeks kecukupan pangan di Surabaya berada di angka 2,06. Artinya, nilai ketersediaan bahan pangan berada di atas ambang batas aman.

“Stok pangan di Surabaya, alhamdulillah, untuk bulan Februari ini tercukupi, karena indeks kecukupan pangan kita 2,06. Jadi kalau (angkanya) 1, itu imbang antara kebutuhan dengan ketersediaan. Dan kita sudah berada di angka 2,06,” kata Agung Supriyo, dikutip Jumat (1/3/2024).

Namun, Agung tak menampik jika memang ada sedikit kenaikan harga bahan pokok untuk beras premium. Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium berada di angka Rp13,900/Kg. “Memang, untuk saat ini (beras premium) hampir ada (yang menjual) Rp18.000 – Rp17,500 per kilogram,” ujarnya.

Karena itu, Agung menyatakan bahwa Pemkot Surabaya mengimbau masyarakat agar bisa mengkonsumsi beras medium. Menurut dia, kualitas beras medium sebenarnya rasanya tidak jauh beda dengan premium.

Baca Juga :   78 Pejabat Isi Kekosongan Jabatan, Wali Kota Eri: Jangan Kaget Kalau Setiap Bulan Ada Mutasi

“Karena itu pemkot mengimbau masyarakat supaya bisa memakai beras medium. Sebenarnya rasanya sama. Cuma memang mungkin image-nya masyarakat, harus makan beras merek tertentu,” ujar dia.

Agung menambahkan, Pemkot Surabaya telah bekerja sama dengan Bulog untuk menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), di mana harga yang dipatok untuk beras SPHP per kilogram adalah Rp10,900. Beras SPHP bisa dibeli masyarakat–salah satunya—di Kios TPID.

“Jadi, di Kios TPID, menjual beras dengan harga murah dan kualitasnya juga bagus. Dan memang di sana dibatasi harga maksimal per kilogram Rp10,900 untuk masyarakat umum. Dan Kios TPID juga melayani pedagang untuk dijual lagi,” ungkap dia.

Kepala Bidang Distribusi Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Perdagangan (Dinkopdag) Kota Surabaya, Devie Afrianto, menyebutkan bahwa saat ini ada sembilan Kios TPID yang sudah berjalan. Dalam setiap pekan, perputaran beras di Kios TPID mencapai sekitar 100 ton.

“Setiap minggunya sekitar 100 an ton (beras) berputar dan terus akan ditambah. Minggu ini kami juga targetkan menambah sekitar 18 Kios TPID dan itu akan ditambah lagi,” ujar Devie.

Baca Juga :   Kabar Baik, 2 Mal Baru Bakal Beroperasi di Surabaya Tahun Ini

Menurut Devie, keberadaan Kios TPID diharapkan semakin memudahkan masyarakat untuk membeli bahan pangan dengan harga HET. Lebih dari itu, masyarakat juga diberikan alternatif pilihan beras di Kios TPID.

“Jadi, masyarakat mendapat alternatif pilihan untuk membeli kebutuhan bahan pokok, terutama beras. Di sana kita menyediakan alternatif produk beras yang kualitasnya sama atau mendekati premium dengan harga yang sangat kompetitif,” terangnya.

Di sisi lain, Devie juga mengungkapkan, jika panen raya diperkirakan terjadi pada bulan Maret 2024. Menurut dia, panen raya ini tentu akan berpengaruh terhadap menurunnya harga bahan pangan, terutama beras.

“Jadi nanti setelah bulan Maret, diperkirakan harga kembali di titik normal. Mungkin sekitar 1-2 bulan setelah Maret, itu benar-benar normal. Tapi pada saat kita masuk ke fase panen raya, harga sudah mulai bergerak ke titik normal,” ujar Devie.

Sementara itu, Kepala Bidang Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Dwi Suryaning Endah Yanie mengungkap, kenaikan harga bahan pokok biasanya terjadi saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Sebab, kebutuhan bahan pangan saat HBKN itu akan meningkat.

Baca Juga :   Antisipasi El Nino, Pemkot Surabaya Fokus Ketahanan Pangan

“Karena kebutuhan akan bahan pangan meningkat, sehingga demand-nya (permintaan) tinggi dan kemungkinan suplai menurun. Itu yang membuat harga-harga meningkat, sehingga membuat daya beli masyarakat berkurang,” kata Dwi Suryaning.

Akan tetapi, Dwi menilai, bahwa kenaikan harga bahan pokok untuk kondisi sekarang, sebenarnya terjadi sejak akhir tahun 2023. Dimana kenaikan harga bahan pangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor pemicu lain.

“Karena pemicunya dampak cuaca ekstrem El Nino yang berkepanjangan. Ada juga dipicu oleh krisis global, ada perang, itu juga jadi pemicu,” pungkasnya.◼︎

Artikel Terkait

Leave a Comment