samudrafakta.com

Mengunjungi Warung Mbok Yem, Solusi bagi Pendaki Puncak Lawu

MAGETAN | SAMUDRA FAKTA– Umumnya, warung berdiri di pinggir jalan, di lokasi yang strategis agar mudah terjangkau pembeli. Namun, lain halnya dengan warung legendaris satu ini: Warung Mbok Yem. Dia justru kokoh berdiri di Gunung Lawu. Perlu ‘perjuangan ekstra’ untuk bisa menyambangi warung ini.

Berdiri di ketinggian 3.150 mdpl membuat Warung Mbok Yem dinobatkan menjadi kedai tertinggi di Indonesia.

Meski sederhana dan kecil, kedai Mbok Yem adalah solusi yang paling penting bagi pendaki yang kelaparan di puncak Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Mereka bisa menyantap pecel lele dengan minuman hangat di tengah dinginnya udara Gunung Lawu di warung tersebut.

Wanita pemilik warung bernama asli Wakiyem ini rutin berjibaku di balik bilik dapurnya sejak pagi, berkompromi dengan dingin udara Gunung Lawu. Tangannya sibuk membuat adonan gorengan, telur, sayur mayur, menyiapkan kuah soto dan merebus air hangat. Semua itu demi melayani pendaki yang sedang keroncongan.

Minuman-minuman segar, satu baskom berisi gorengan, dan sayur rebus untuk pecel terhidang di warung ini. Aneka minuman hangat juga ada di warung ini, siap menjadi teman tatkala dingin merasuk tubuh.

Baca Juga :   Indonesia Jadi Salah Satu Destinasi Paling Diminati untuk Perayaan Imlek

Salah satu menu andalan warung Mbok Yem adalah nasi pecel telur ceploknya. Harga seporsi nasi pecel komplit itu adalah Rp15 ribu. Ada juga menu andalan lainnya, yaitu nasi soto. Menikmati satu piring nasi pecel atau satu mangkok soto hangat dengan pemandangan menakjubkan di Gunung Lawu tentu menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Sebagai satu-satunya warung di Gunung Lawu, tentu warung Mbok Yem tak pernah sepi pengunjung. Para pendaki harus sabar mengantre untuk menikmati sajian darinya.

Lokasi Warung Mbok Yem juga terbilang strategis, tepat berada di pertemuan tiga jalur pendakian via Cemoro Sewu, Comoro Kandang, dan Cetho. Para pendaki yang berbeda jalur pun bisa bertemu di warung berusia 3 dekade lebih ini.

Mbok Yem kadang juga melayani pendaki yang minta foto bersama, sebagai tanda kenangan jika mereka telah menginjakkan kaki di warung legendaris ini.

Mbok Yem dan kedai sederhananya ini memang membekas di hati para pendaki Gunung Lawu. Bagaimana tidak, wanita lanjut usia ini sudah mendirikan warung ini sejak 1980-an silam. Dulunya, Mbok Yem adalah seorang peracik jamu tradisional yang mencari bahan-bahan di puncak Lawu. Namun, hatinya tersentuh setelah bertemu dan berinteraksi dengan pendaki.

Baca Juga :   Pemerintah Berencana Subsidi Pertamax untuk Kurangi Emisi Gas Buang

Ia pun memutuskan untuk tinggal di kawasan Argo Dalem, tepat di bawah puncak Gunung Lawu. Dia buka warung untuk membantu kebutuhan logistik pendaki yang kekurangan. Dia memilih menghabiskan sebagian besar hidupnya di gunung. Bahkan, ia hanya turun gunung setahun sekali di saat lebaran.

Meski berada di areal puncak gunung, fasilitas di warung ini terbilang lengkap. Kendati tak  jaringan listrik PLN yang sampai di puncak, di warung Mbok Yem tetap ada televisi, kulkas, penanak nasi, dan lampu yang menyala. Panel surya lah yang membuat listrik bisa hadir di warung ini.

Membantu Mbok Yem mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk para pendaki.

–Foto: Warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu–

Yadi

Artikel Terkait

1 comment

Gunung Lawu Terbakar, Mbok Yem Baik-baik Saja – samudrafakta.com 4 Oktober 2023 at 07:42

[…] merembet hingga wilayah Panekan, Magetan, Jawa Timur, hingga Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Warung legendaris Mbok Yem sempat dilaporkan ikut terbakar, namun faktanya baik-baik […]

Reply

Leave a Comment