samudrafakta.com

‘Kualat’ Akibat Perang di Gaza, Ekonomi Israel Berada di Jurang Krisis

TEL AVIV — Israel menghadapi ketidakpastian ekonomi yang serius, bahkan berada di ujung tanduk, terutama akibat perang dan aksi agresi genosida di Gaza selama berbulan-bulan. Ekonomi Israel mengalami penurunan tajam dengan konsumsi swasta merosot sebesar 26,9 persen, sementara konsumsi rumah tangga juga ikut terpengaruh, mencerminkan dampak luas dari konflik berkepanjangan terhadap stabilitas ekonomi negara tersebut.

Dilansir CNN, perekonomian Israel yang anjlok juga ditandai dengan investasi dunia usaha yang turun 67,8 persen karena terhentinya pembangunan perumahan. Kondisi-kondisi itu disebabkan perang yang telah memaksa warga untuk mengevakuasi rumah mereka dan menyebabkan angkatan bersenjata Israel memanggil ratusan ribu tentara cadangan.

Pemanggilan tentara cadangan itu diketahui telah menghabiskan sekitar 8 persen tenaga kerja, menyebabkan adanya pembatasan yang memicu jatuhnya manufaktur secara tiba-tiba, mengguncang konsumsi, dan mengosongkan sekolah, kantor serta lokasi konstruksi seketika.

Nilai tukar mata uang shekel Israel pun ikut terseret hingga melemah 0,4 persen pada kisaran 3,62 per dolar AS. Selain itu, Kementerian Keuangan Israel melaporkan utang negara tersebut naik dua kali lipat hingga 160 miliar shekel atau setara Rp697,38 triliun sepanjang 2023. Kenaikan utang terjadi sejak pecahnya perang Israel-Hamas. Lonjakan itu membuat rasio utang Israel melesat dari 60,5 persen dari PDB pada 2022 menjadi 62,1 persen pada 2023.

Baca Juga :   Tak Hanya Genosida, Israel Juga Dilaporkan Melakukan Ekosida di Gaza, Apa Itu?

Perang juga membuat tingkat pengangguran Israel meningkat hingga 9,6 persen pada Oktober 2023. Badan Pusat Statistik Israel mencatat 428.400 orang menganggur dibandingkan 163.600 orang di bulan sebelumnya.

Menurut Bloomberg, volatilitas historis (HV) shekel Israel, yang mengukur seberapa banyak harga diperdagangkan menjauh dari harga sentral atau harga rata-rata bergerak, hanya tertinggal dari peso Chili, rubel Rusia, dan rand Afrika Selatan. HV Shekel saat ini berada di 10%, badan tersebut menambahkan.

Kemampuan bank sentral untuk menstimulasi perekonomian kini berkurang karena inflasi yang meningkat. Pada bulan April, inflasi mencapai 2,8%, tertinggi tahun ini. Survei bank sentral menemukan bahwa ekspektasi kenaikan harga pada tahun depan meningkat selama lima bulan berturut-turut di bulan Mei, mencapai 3%. Hal ini berdampak signifikan terhadap harga makanan, terutama produk susu, dan perjalanan udara.

Artikel Terkait

Leave a Comment