samudrafakta.com

Korban Tewas Banjir Bandang Sumbar Tembus 58 Orang, BNPB Modifikasi Cuaca di Atas Langit Gunung Marapi

BNPB dan BMKG akan melakukan modifikasi cuaca di Sumatera Barat. Langkah ini diambil karena curah hujan di atas Gunung Marapi masih tinggi. Foto:BNPB/BMKG

PADANG – Potensi banjir lahar dingin masih bisa terjadi seiring curah hujan yang tinggi di kawasan gunung Marapi Sumatera Barat (Sumbar). Salah satu upaya yang dilakukan adalah menaburkan 15 ton garam di atas Gunung Marapi. Teknologi modifikasi cuaca ini bertujuan mengurangi curah hujan sehingga banjir lahar dingin yang bersumber dari kawasan Gunung Marapi terkendali.

“Curah hujan masih akan berlangsung sepekan ke depan dengan intensitas sedang sampai sangat lebat maka potensi terjadinya banjir lahar hujan dan banjir bandang masih ada,” kata  Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dikutip dari laman resmi BMKG, Kamis (16/5/2024).

Berdasarkan hasil analisis BMKG, wilayah Sumatera Barat diprakirakan akan diguyur hujan hingga 22 Mei 2024 dengan intensitas sedang hingga sangat lebat. Hal ini tentu harus menjadi perhatian karena berdasarkan data PVMBG, volume endapan material vulkanik di lereng gunung Marapi masih sangat banyak.

Hasil survei menunjukkan volume endapan erupsi Gunung Marapi mencapai 1,3 juta meter kubik, dan yang baru turun baru sekitar 300 meter kubik. Adapun lebar endapan lahar diperkirakan mencapai 500-700 meter. Ketika hujan dengan intensitas sangat lebat memungkinkan material endapan batu vulkanik bisa terbawa turun ke pemukiman warga.

Baca Juga :   3 Pendaki Gunung Marapi Dilaporkan Tewas, BNPB: Masih Simpang Siur

Dwikorita menjelaskan sebanyak 15 ton garam disiapkan untuk disemai sebanyak tiga kali sorti penerbangan satu hari dan berlangsung dalam lima hari ke depan. Berkolaborasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), operasi TMC akan dilakukan siang hari ini dengan bantuan personel TNI. Operasi TMC akan berusaha menghalau awan-awan hujan yang saat ini posisinya terpantau di sebelah timur Bukit Barisan. TMC diharapkan dapat mencegah pergerakan awan hujan untuk memasuki kawasan lereng Gunung Marapi yang berpotensi membahayakan kawasan bencana.

“Kami terus memonitor awan-awan hujan dan memberikan peringatan dini di wilayah yang rawan dan ini sudah kami cek di lapangan kami keluarkan peringatan dini. Ada beberapa daerah rawan yang sebelumnya tidak ditutup sekarang ditutup karena masuk ke daerah rawan sehingga saat turun lahar semoga tidak terdampak,” ujarnya.

Dwikorita berharap dengan dilakukan operasi TMC akan memudakan proses pencarian korban, evakuasi, dan normalisasi lingkungan. Banjir lahar hujan dan banjir bandang disertai tanah longsor terjadi di Sumatra Barat pada Sabtu (11/5/2024) malam lalu akibat curah hujan sangat tinggi. Beberapa lokasi seperti Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang menjadi wilayah terdampak cukup parah akibat banjir lahar dingin ini.

Baca Juga :   18 Pendaki Masih Hilang di Puncak Marapi, Tim SAR Siapkan 8 Kantong Mayat Tambahan

Data mutakhir berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB Rabu (16/11/2024) pukul 18.35 WIB, jumlah korban meninggal dunia tercatat 58 orang, sementara korban hilang bertambah dari 27 menjadi 35 orang dalam pencarian. Selain itu, untuk keluarga terdampak berjumlah 1.543 KK dan 33 orang mengalami luka-luka. Pusdalops dan BPBD setempat masih terus melakukan pengkajian dan pemutakhiran data menyusul masih dilaksanakannya proses pencarian dan evakuasi korban.

“Hari ini kami meninjau empat lokasi, besok baru rencananya ke pengungsian. Masih dalam kondisi tanggap darurat, sehingga pertama kami ingin pastikan di lokasi terdampak ini agar kondisi kembali normal jadi alat berat kita ingin memastikan sudah bergerak,” ujar Kepala BNPB Suharyanto dikutip dari laman BNPB.

BNPB sedang melakukan asesmen terkait upaya relokasi warga dari kawasan banjir lahar dingin. Selain perbaikan sarana dan prasarana, pemerintah juga terus mengupayakan penanganan terbaik bagi para warga yang rumahnya mengalami kerusakan akibat bencana banjir tersebut. Salah satu alternatif yang disiapkan adalah dengan cara relokasi rumah khususnya yang rusak dan berada di dekat aliran sungai.

Baca Juga :   Imbas Banjir, 27.669 Pemilih di Kabupaten Demak Ikuti Pemilu Susulan, Tersebar di 10 Desa dan 114 TPS

Adapun untuk rumah yang mengalami kerusakan akan diberikan bantuan stimulan rumah rusak dengan rincian nilai di antaranya Rp60 juta untuk rusak berat, Rp30 juta untuk rusak sedang, dan Rp15 juta Rupiah untuk rusak ringan.

“Untuk relokasi kami sedang asesmen, kami sudah memberikan rekomendasi di tahap transisi rehabilitasi rekonstruksi apakah ada relokasi, kalau ada relokasi maka pemerintah daerah menyiapkan lahan dan pemerintah pusat yang akan bangun. Bila tidak direlokasi, maka kami akan siapkan opsi lain seperti perbaikan,” jelas Suharyanto.

Upaya-upaya yang dilakukan sebagai percepatan penanganan darurat yang dilakukan oleh pemerintah bersama para stakeholder terkait ini bertujuan agar masyarakat dapat kembali memulai kehidupan dan penghidupannya sesegara mungkin. “Rata-rata status tanggap darurat ini kan 14 hari, ini waktu yang cukup panjang jadi kita ingin melaksanakan secepat mungkin dari darurat ke rehabilitasi karena 14 hari ini bagi masyarakat cukup lama,” kata Suharyanto.

 

Artikel Terkait

Leave a Comment