samudrafakta.com

Kocar-Kacir Jokowi Tangani Beras, Harga Pagi sama Sore Agak Lain

JAKARTA – Masih ingat dengan pertanyaan ini? “Bapak Prabowo, kami ingin bertanya bagaimana cara meningkatkan peran, ini soal rakyat, peran TPID. Terima kasih”. Itulah pertanyaan jebakan Presiden Jokowi kepada Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2019. Kini TPID menjadi bumerang bagi Jokowi karena morat-maritnya penanganan harga beras yang terjadi jelang dan usai Pemilu 2024.

TPID adalah tim pengendali inflasi daerah. Tugas tim ini memantau dan menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan inflasi khususnya di daerah. Tim pengendalian inflasi di tingkat pusat sudah ada sejak tahun 2005. Tapi TPID seolah tidak ada perannya ketika harga beras melambung tinggi sejak Oktober 2023.

Berbicara harga beras yang sudah melambung tinggi sejatinya adalah berkah bagi petani. ”Gabah saya sudah saya jual ketika harga gabah kering Rp750 kuintal. Kini harga gabah kering sudah mencapai Rp1 juta,” kata Muharno, petani yang tinggal di lereng Gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur.

Harga gabah Rp750 ribu per kuintal di tangan petani sudah berkah luar biasa. Maklum selama ini harga gabah berkisar Rp500 ribu dan yang paling mahal Rp600 ribu. Saat harga gabah kering sudah menyentuh Rp1 juta per kuintal , dia menyesal karena menjualnya pada harga Rp750 ribu per kuintal. ”Bukan rezeki saya. Sekarang di tempat saya harga gabah sudah tembus Rp1 juta,” kata Muharno.

Baca Juga :   Sudah Tahu Belum, Harga Eceran Tertinggi Beras Premium dan Medium Naik Per 1 Juni?

Bagaimana di tempat lain? Seperti dipantau laman iNews Pangandaran, Jahili, petani warga Pangandaran, Jawa Barat, mengatakan, sawah miliknya belum bisa ditanami padi kembali karena masih terendam air. Stok gabah miliknya tidak akan mencukupi hingga datangnya panen padi tiga bulan lagi.  “Mungkin untuk kedepannya belum tahu, kebingungan juga kalau stok padi habis, sedangkan harga beras saat ini masih terbilang tinggi,”ujar Jahili dikutip Rabu (21/2/2024).

Menurut dia, meskipun harga gabah ikut mahal Rp1.000 per kilogramnya, hal itu menjadi percuma karena di tempatnya tidak bisa tanam padi karena sawahnya  terendam air. “Sawah sedang terendam banjir sehingga terlambat tanam,” ujarnya.

Berbeda dengan petani, para pedagang seperti kebingungan menghadapi fluktuasi harga beras. “Naiknya harga beras kurang lebih sudah hampir 2 bulanan dengan harga terendah Rp16.500 per kilogram hingga Rp17.500.  Biasanya harga normal Rp 12.000 per kilogram,” ucap pedagang beras Bernama Ngadiah di Toko Beras miliknya di Pangandaran, Jawa Barat.

Ngadiah menjelaskan, pada saat ini tidak berani menambah stok beras karena harganya sedang tinggi. Untuk menjual beras juga susah karena daya beli konsumen sedang turun. Konsumen tetap membeli beras tapi dengan kualitas terendah yang harganya Rp16.500 per kilogram.  “Kendati demikian, mau mahal atau murah itukan kebutuhan pokok sehingga tetap saja dibeli,”ucapnya.

Baca Juga :   Solusi Hadapi Kenaikan Harga Bahan Pokok, Pemkot Surabaya Optimalkan Gerakan Pasar Murah
Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) milik Bulog di salah satu ritel. (Dok. Bulog)

Pedagang beras di Pasar Beringharjo, Yogyakarta menyebutkan, kenaikan beras hampir terjadi setiap hari, bahkan harga beras pada pagi hari dan sore hari berbeda. Pedagang beras di Pasar Beringharjo Sriyati mengatakan, kenaikan harga beras terjadi setiap hari dengan kenaikan sebesar Rp 200. Beras dengan harga Rp 14.000 naik menjadi Rp 16.500. “Tiga hari ini sudah tenang, seminggu yang lalu itu naiknya tiap hari Rp 200,” kata Sriyati dikutip dari laman Kompas.com, Rabu (21/2/2024).

“Pagi sama sore hari sudah lain (harganya), sampai saya itu males jualan. Rasah dodol sesuk munggah dewe (tidak usah jualan besok harga naik sendiri),” imbuhnya. Menurut dia, harga beras yang dijual di pasaran dari Rp 15.000 sampai Rp 17.000 khusus jenis super. Kenaikan harga beras tersebut membuat pembeli mengurangi jatahnya, semisal hendak membeli 5 kilogram dikurangi menjadi 3 kilogram. Pihaknya tidak bisa mendapatkan stok beras sesuai dengan permintaan karena stok beras dibatasi dan sudah dijatah pada tiap pedagang. “Biasanya satu kiriman itu 2,5 (ton) saat ini 1 ton. Karena dibagi-bagi, gabahnya kan enggak ada jadi harus dibagi-bagi,” kata Sriyati.

Baca Juga :   Harga Beras Makin Melambung, Ternyata Ini Penyebabnya

Drajat, pedagang beras di tempat yang sama  mengatakan, harga beras pada Februari ini stabil tinggi. Kenaikan harga beras sangat dirasakan pada November 2023, Desember 2023, dan Januari 2024. “Tahun kemarin November Desember naiknya tinggi sekali. Kalau Februari stabil eceran dari Rp 14.000 sampai Rp 17.000,” kata Drajat.

Drajat mengaku kesulitan untuk menyetok beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) milik Bulog.  Hal itu terjadi usai pelaksanaan Pemilu 2024. Bahkan, sudah satu minggu lebih tidak mendapatkan stok SPHP Bulog. “Biasanya ada SPHP beras dari pemerintah sekarang sudah hampir 2 minggu belum dapat, enggak tahu kalau tidak ada setoran naik lagi atau tidak,” katanya.

Drajat mengaku, sudah satu minggu ini belum mendapatkan stok beras baik itu SPHP maupun non-SPHP. “Pesan sudah satu minggu belum dianterin, mau nyetok susah karena enggak ada barangnya,” katanya lagi. “Pusing ini, istilahnya pedagang beras nggak ada beras. Ini kan lucu,” katanya.

Artikel Terkait

Leave a Comment