samudrafakta.com

KH. Mochammad Muchtar Mu’thi (1): Hakul Yakin NKRI, Penjaga Semangat Cinta Tanah Air

Pada suatu hari Jumat di tahun 1948–ketika Muchtar berusia sekitar 20 tahun—dia melihat tetiba tentara Indonesia lari dari arah utara Ploso menuju ke selatan. Ternyata, mereka dikejar serdadu Belanda yang rupanya sudah menguasai Ploso. Tentara Belanda itu adalah bagian dari Agresi Belanda ke-II.

Masyarakat Ploso pasrah, tak berdaya menghadapi invasi itu. Melihat kondisi tersebut, Muchtar muda tak tinggal diam. Dia memutuskan bergabung dengan satuan gerilya di Pojok Klitih, Jombang, di bawah komando Sersan Untung.

Ketika Belanda menduduki Ploso, kegiatan sehari-hari Muchtar adalah berdagang, seperti aktivitas ayah dan ibunya. Ketika mendaftarkan diri sebagai bagian pasukan gerilya pun, dia masih membawa barang dagangannya. Dia diterima dan ditugaskan dalam bagian penyelidik dalam—atau spionase—karena rumahnya berada di lingkungan markas musuh. Tugasnya adalah menghimpun informasi dari musuh.

Namun, Muchtar tak lama bergabung dalam kesatuan tersebut. Dia kemudian keluar dari Kesatuan Pojok Klitih, pindah ke Kesatuan Gerilya Mlaten di Tembelang, Jombang.

Dalam kesatuan tersebut, dia terlibat beberapa misi penyerangan. Antara lain menyerang pos serdadu Belanda di Perumahan DKA—yang merupakan rumah dinas pegawai PJKA—Ploso, Jombang. Dia juga turut serta dalam misi penculikan beberapa mata-mata Belanda.

Baca Juga :   Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan Lahirnya NKRI adalah Dua Momen Berbeda yang Wajib Diperingati
Ijtihad Politik

Setelah penjajah pergi dari Indonesia, Muchtar Mu’thi kembali melanjutkan aktivitas dagangnya. Di sela aktivitas niaga itu, Muchtar juga masuk ke gelanggang politik. Dia bergabung dengan Partai Masyumi yang dipimpin Muhammad Natsir. Rupanya darah aktivis Kiai Abdul Mu’thi—ayahnya yang pernah menjadi aktivis Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)—mengalir juga kepada Muchtar. Muchtar kala itu memilih jalan politik untuk memperjuangkan kecintaannya terhadap tanah air.

Bersamaan dengan aktivitas politiknya, Tar berguru pada banyak tokoh Masyumi, seperti Hamka, Karto Mangonkusumo, Mochammad Natsir, Mochammad Roem, KH. Misbach, KH. EZ. Mutaqqin dan Mr. Kasman Singodimejo.

Muchtar juga pernah dikirim untuk mengikuti pendidikan kader Masyumi di Medan, Sumatera Utara. Hanya kader-kader khusus yang dinilai memiliki kemampuan menonjol yang dikirim ke pendidikan tersebut. Kiai Tar adalah salah satu kader jenis itu. Dia punya kemampuan khusus di bidang orasi.

Artikel Terkait

Leave a Comment