Penderita diabetes melitus (DM) dianjurkan banyak bergerak untuk menyeimbangkan kadar gula. Badan Kesehatan Dunia (WHO), memprediksi pada tahun 2030, jumlah penderita diabetes mellitus sedikitnya akan mencapai 366 juta jiwa (World Health Organization (WHO), 2016).
Laman Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI menjelaskan, Indonesia berada di urutan ke-4 setelah India, China, dan Amerika Serikat untuk jumlah penderita diabetes melitus dengan tingkat prevalensi 8,6% dari seluruh penduduk Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) atlas 2017 edisi ke-8 menyatakan bahwa jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 10,3 juta jiwa dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2045.
Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus dipengaruhi oleh faktor usia, berat badan yang berlebih, kurangnya pengetahuan, dan gaya hidup yang tidak sehat. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah ulkus kaki diabetik dengan angka kejadian sebesar 15%. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya luka kaki diabetik adalah diet (terapi nutrisi), latihan fisik (olahraga), terapi farmakologis dan edukasi.
Salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan adalah senam kaki diabetes melitus. Ulkus diabetes terjadi karena peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah ini disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik.
Hal ini terjadi karena kurangnya penggunaan energi dalam tubuh sehingga energi menumpuk. Pernyataan ini dibuktikan oleh penelitian Puspita & Mutmainah (2019) yang menyatakan bahwa senam kaki diabetik dengan menggunakan koran dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dari 236 mg/dl menjadi 186,25 mg/dl. Senam kaki diabetes juga dapat mengatasi neuropati diabetik pada pasien diabetes melitus (Suhertini & Subandi, 2016).
