samudrafakta.com

Durasi ‘Screen Time’ di Indonesia Tertinggi di Dunia, Ancaman Serius bagi Tumbuh Kembang Anak

Ilustrasi screen time anak-anak. Foto:Canva

JAKARTA —  Durasi penggunaan smartphone di Indonesia mencapai tingkat tertinggi di dunia. Berdasarkan laporan “State of Mobile 2023” oleh firma riset data.ai, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 5,7 jam per hari menatap layar smartphone. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Brasil dan Arab Saudi yang rata-rata 5,3 jam per hari, serta Korea Selatan dan Singapura.

Screen time, yang didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai waktu yang dihabiskan untuk menatap layar perangkat seperti TV, komputer, dan smartphone, ternyata memiliki dampak serius. WHO memperingatkan bahwa screen time yang berlebihan dapat memicu berbagai masalah, mulai dari menurunnya perhatian terhadap lingkungan sekitar hingga gangguan kesehatan mata seperti kelelahan mata.

Pada 2019, WHO menetapkan aturan screen time untuk anak-anak. Bayi hingga usia 1 tahun tidak disarankan menatap layar sama sekali. Anak berusia 2-5 tahun dianjurkan maksimal 1 jam per hari, sementara anak berusia 6-12 tahun maksimal 90 menit per hari. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui P2PTM juga menyatakan bahwa screen time berlebihan dapat mengganggu kesehatan mata, meningkatkan risiko obesitas, menghambat perkembangan otak, dan menurunkan minat anak untuk berpikir kritis.

Baca Juga :   Tidak Laku, Untuk Pertama Kalinya iPhone Banting Harga

Di era digital saat ini, memberikan smartphone kepada anak-anak sejak usia dini menjadi praktik umum di banyak keluarga, seringkali untuk menenangkan anak atau menciptakan suasana rumah yang lebih tenang. Namun, kebiasaan ini berpotensi menghambat perkembangan anak.

Ahmad Suryawan, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial IDAI, menjelaskan bahwa screen time dibagi menjadi dua jenis: aktif dan sedentarian. “Screen time sedentarian ini membuat anak diam dan pasif, yang dapat memicu masalah kesehatan dan tumbuh kembang,” ujar Prof. Wawan dalam webinar bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Rabu (30/8).

Prof. Wawan menekankan bahwa meskipun screen time dapat memiliki manfaat edukatif, dampak negatifnya terhadap kesehatan dan perkembangan anak tidak bisa diabaikan. Dampak ini bervariasi berdasarkan usia, dengan anak di bawah 2 tahun sangat rentan karena otak mereka masih dalam tahap perkembangan pesat.

“Pada usia dua tahun, otak anak berkembang pesat dan struktur otaknya terbentuk hingga 80 persen. Jika perkembangan otak anak normal pada usia dua tahun, dia akan normal selamanya,” jelasnya. Namun, otak anak di bawah 2 tahun belum matang untuk mengenali simbol, menyimpan memori, dan mengembangkan kemampuan atensi, sehingga interaksi langsung dengan pengasuh lebih efektif daripada screen time.

Baca Juga :   Mau Beli IPhone? Hati-hati!

Artikel Terkait

Leave a Comment