samudrafakta.com

Warunk Upnormal Ramai-ramai Tutup, Apa Penyebabnya?

JAKARTA| SAMUDRA FAKTA – Warunk Upnormal mencuat karena banyak gerainya yang tutup belakangan ini karena pandemi. Selain itu ada Fish & Co menutup banyak gerai di Indonesia mulai akhir 2022.

Apa yang terjadi di bisnis restoran di Tanah Air? Restoran memang paling terpukul selama pandemi karena aturan jaga jarak yang memicu tutup massal bisnis ini. Namun, kalangan pengusaha mengakui bahwa restoran merupakan bisnis yang rentan dengan perubahan perilaku pasar.

“(Restoran) Bisa sangat mudah untuk tutup, buka lagi dan lain sebagainya, tapi ini adalah PR kita,” kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, dikutip dari CNBC, Selasa, 14 Februari 2023.

Ada beberapa faktor mengapa bisnis restoran begitu rentan, salah satunya karena pemilik restoran belum memiliki kompetensi yang cukup baik dalam manajemen dan sumber daya manusia untuk mengelola usahanya.

Kemudian biaya sewa tempat yang terlalu tinggi juga jadi masalah. Untuk menutupi biaya sewa, maka restoran harus menjual lebih banyak kuantitas. Jika tidak mencapai target, maka resto bakal kesulitan untuk membayar berbagai kewajibannya.

Upaya untuk menyelamatkan restoran harus segera dilakukan agar tidak semakin banyak gerai yang tutup. Apalagi kontribusi terhadap pajak khususnya ke pemerintah daerah juga besar.

“Justru sektor restoran ini yang menyumbang sebetulnya melebihi daripada hotel, kalau kita bicara dari pajaknya,” kata Hariyadi.

Sejarah Warunk Upnormal

Warunk Upnormal pertama kali berdiri pada 2014 di Bandung, Jawa Barat. Restoran ini menempati area seluas empat kali 12 meter.

“Waktu itu saya bilang ini warkop (warung kopi) bakal menyaingi (kedai kopi) yang hijau-hijau,” kata pendiri sekaligus Direktur Pemasaran CRP Group, pengelola Warunk Upnormal dalam sebuah kesempatan.

Ia merujuk pada merek kedai kopi asing yang logonya berwarna hijau.

Bisnis restoran tersebut berkembang cepat. Jumlah gerai Warunk Upnormal mencapai 80 outlet dalam waktu empat tahun.

Lalu, perusahaan meluncurkan dua restoran lainnya, yaitu Nasi Goreng Rempah Mafia dan Bakso Boedjangan. Selain itu, CRP juga mengelola Sambal Khas Karmila. Dalam situs resmi CT Corp, Warunk Upnormal dan Bakso Boedjangan termasuk dalam portofolio bisnis retail milik konglomerat Chairul Tanjung tersebut.

Saat memulai usaha, Rex mengatakan, skala bisnis bukanlah isu utama. Hal yang mendasar justru visi jangka panjang perusahaan.

“Saya kalau memulai bisnis selalu optimis bisa jalan,” ucapnya.

Fokus pengembangan bisnis CRP adalah menjual kekayaan dan keunikan cita rasa kuliner lokal. Warunk Upnormal memikat anak-anak muda dengan menawarkan makanan berbasis mi instan merek Indomie dengan cita rasa yang beragam. Restoran ini, misalnya, menjual Indomie dengan keju, susu, daging, atau kikil.

Harga mi instan tersebut berkisar antara Rp 7 ribu sampai Rp 30 ribu. Warunk Upnormal juga menjual roti bakar, nasi wagyu, dan pisang bakar, serta makanan penutup. Ini mirip seperti tempat-tempat anak muda berkumpul lainnya.

Namun, pandemi Covid-19 memukul kinerja Warunk Upnormal. Pembatasan aktivitas membuat anak-anak muda tak dapat lagi berkumpul di restoran. Pemerintah menerapkan pembatasan kegiatan di ruang publik alias PPKM hingga Desember 2022.

(Yadi)

Leave a Comment