samudrafakta.com

Ternyata Bulan Menyusut, Padahal Diprediksi Bakal Jadi Pemukiman Manusia di Masa Depan

JAKARTA— Pengamatan dan penelitian para ahli geologi menyimpulkan bahwa ternyata bulan perlahan menyusut selama jutaan tahun. Fenomena alam ini ternyata mempunya konsekuensi besar, di mana bersamaan dengan penyusutan itu terjadi gempa di Bulan dan tanah longsor. Kondisi tersebut pun menjadi masalah karena kini misi Artemis tengah melakukan persiapan untuk mendarat di Bulan pada tahun 2026 mendatang.Para ahli geologi khawatir apakah gempa Bulan serta tanah longsor itu bakal berdampak pada pendaratan misi tersebut. 

Studi penyusutan bulan tersebut dipublikasikan di The Planetary Science Journal. Mengutip IFL Science, Selasa (30/1/2024), penelitian baru kini menyelidiki dampak gempa bulan yang tercatat, khususnya di sekitar Kutub Selatan Bulan, yang merupakan wilayah yang selama ini menjadi tujuan eksplorasi, sekaligus area yang terletak di dekat sisi pendaratan Artemis 3 yang direncakanan akan mendarat tahun 2026. 

Penelitian menemukan bahwa beberapa lereng permukaan di wilayah tersebut sangat rentan retak akibat guncangan. 

“Anda bisa membayangkan permukaan bulan kering, dipenuhi kerikil dan debu. Selama miliaran tahun, permukaannya telah dihantam oleh asteroid dan komet, sehingga fragmen yang dihasilkan terus-menerus terlontar akibat benturan tersebut yang memungkinkan terjadinya guncangan dan tanah longsor,” kata Nicholas Schmerr, peneliti dari Universitas Maryland. 

Baca Juga :   Ijtihad Bukan Hanya Hak ‘Orang-Orang Tertentu’, Siapa Saja Berhak Melakukannya

Gempa bulan sendiri tidak terlalu dalam. Terjadi pada kedalaman 50-220 kilometer di bawah permukaan. Gempa juga tidak terlalu kuat. Gempa terkuat yang pernah tercatat adalah berkekuatan 5,7 yang berasal dari wilayah Kutub Selatan. Namun demikian, kendati lebih lemah dibandingkan gempa di bumi, gempa bulan berlangsung selama berjam-jam, sehingga menjadikannya sebagai kekhawatiran yang tidak boleh dianggap remeh.

“Pemodelan kami menunjukkan bahwa gempa bulan dangkal yang mampu menghasilkan guncangan tanah yang kuat di wilayah Kutub Selatan mungkin terjadi akibat peristiwa selip pada patahan atau pembentukan patahan baru,” terang Thomas R.Watters, penulis utama studi. 

Lalu mengapa Bulan bisa menyusut? 

Melansir Live Science, penyusutan itu terjadi karena bagian dalam bulan telah mendingin selama beberapa ratus juta tahun terakhir. Para peneliti mengibaratkannya seperti kismis yang mengerut. 

Lebih lanjut, para peneliti terus berupaya memahami wilayah bulan yang mungkin memiliki risiko seismik signifikan. Daerah-daerah tersebut harus dihindari untuk pemukiman permanen di masa depan—di mana gagasan bermukim di bulan ini sudah mulai digagas oleh sebagian ilmuwan di masa sekarang.   

Baca Juga :   Lelakon Oppenheimer: Ketika Ilmu Pengetahuan Harus Tunduk di Bawah Kaki Kekuasaan

“Potensi pembentukan patahan baru akibat kontraksi global yang sedang berlangsung harus dipertimbangkan ketika merencanakan lokasi dan stabilitas pos terdepan permanen di Bulan,” tambah Watters. 

Schmerr juga mengatakan bahwa semakin dekat dengan tanggal peluncuran Artemis, maka penting untuk menjaga astronot, peralatan, dan infrastruktur seaman mungkin. 

“Pekerjaan ini membantu kita bersiap menghadap apa yang menanti kita di Bulan, misalnya menyiapkan struktur rekayasa yang dapat lebih tahan terhadap aktivitas seismik bulan atau melindungi manusia dari zona yang sangat berbahaya,” paparnya lagi. ❍

Artikel Terkait

Leave a Comment