samudrafakta.com

Penyakit Lama Debat Capres: Kandidat Saling Hajar, Panelis Duduk Manis

JAKARTA– Awalnya publik punya ekspektasi tinggi, berharap bisa melihat isi kepala para calon presiden (capres) sedalam-dalamnya melalui agenda Debat Capres 2024 ronde pertama, pada Selasa (12/12/2023). Para panelis lah yang sebenarnya punya tugas memenuhi ekspektasi itu. Namun, alih-alih berdialog dengan kandidat, para panelis hanya disuruh duduk manis, sementara para kandidat saling rundung dan saling ‘bantai’.

Fungsi panelis dalam gawe yang diadakan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) ini dinilai sangat absurd. Beberapa tokoh dan pakar bertanya-tanya, mengkritisi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) mereka. Pertanyaan muncul sebab, dalam acara tersebut, para pakar yang ditunjuk sebagai panelis ternyata cuma ditugasi menyusun pertanyaan yang kemudian diperdebatkan oleh para kandidat sendiri. Panelisnya tidak dilibatkan dalam debat itu.

Kritikan terhadap panelis Debat Capres 2024 pun disampaikan oleh politisi senior Akbar Faisal melalui akun X–sebelumnya Twitter– @akbarfaizal68. Pada Kamis (14/12/2023) Akbar mencuit: “Panelis tapi bisu. Cari tahu arti kata panelis di kamus.”

Baca Juga :   Setelah Molor 3 Tahun, GP Ansor Gelar Kongres di Atas Kapal Dua Minggu Menjelang Pemilu
Panelis Bukan Cuma Pemanis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “panelis” merujuk pada orang yang terlibat dalam diskusi panel. Sementara diskusi panel adalah forum di mana sekelompok orang berbicara tentang masalah atau topik menarik yang relevan bagi masyarakat saat ini.

Panelis dipilih untuk dilibatkan dalam diskusi karena mereka dinilai ahli dan memiliki kemampuan untuk memberikan perspektif umum yang mudah dipahami oleh masyarakat luas tentang masalah yang dibahas.

Sementara itu, dalam debat capres-cawapres Indonesia, umumnya ada dua format utama, yaitu:

  1. Pasangan calon menyampaikan visi dan misinya, kemudian menjawab pertanyaan dari audiens; dan
  2. Para panelis memberikan pertanyaan dan setiap pasangan calon harus memberikan jawabannya.

Seharusnya para panelis yang sudah ditunjuk KPU bertugas merumuskan sejumlah pertanyaan sesuai dengan tema yang sudah ditentukan, lalu mendalami lagi jawaban para kandidat atas pertanyaan tersebut. Sebab, panelis memiliki peran penting untuk mewakili masyarakat yang ingin tahu lebih banyak dan dalam tentang pasangan calon, bukan sekadar kasih pertanyaan, setelah itu para kandidat ‘dilepas’ begitu saja meributkan pertanyaan itu dengan kandidat lainnya.

Baca Juga :   Ada Tiga Cucu Sukarno yang Bertarung di Jatim, Hanya Satu yang Lolos ke Senayan

Kalau tugas panelis hanya bertanya, lalu ditinggal pergi, tanpa menggali lebih jauh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, kenapa harus mendatangkan pakar?

Panelis itu bertugas menggali pengetahuan pasangan calon lebih dalam melalui beberapa pertanyaan, kemudian menggali lebih jauh jawaban para kandidat atas pertanyaan tersebut, dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih detail atau subtil.

Galian pertanyaan inilah yang akan menguji atau mengukur kemampuan capres-cawapres terkait topik yang sedang dibahas. Dengan demikian, panelis maupun masyarakat umum dapat menilai kualitas setiap paslon dalam Pilpres 2024.

Sebagaimana diketahui, KPU menetapkan 11 panelis untuk acara debat pertama capres-cawapres dalam Pilpres 2024. Mereka bukan orang sembarangan. Terdiri profesor dan doktor dari kampus-kampus beken di republik ini, yang kompeten di bidangnya. Kesan yang muncul pun acara ini bakal sangat serius dan sangat akademik.

Para panelis ini bahkan harus menjalani karantina dan menandatangani pakta integritas untuk memastikan mereka tidak melakukan pelanggaran norma. Panelis harus dipastikan netral, bukan bagian dari tim sukses salah satu paslon, tidak membocorkan soal, dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan disampaikan dalam debat.

Baca Juga :   Mahkamah Konstitusi Tolak Gugatan Hasil Pilpres yang Diajukan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud

Namun, dalam praktiknya, ternyata mereka hanya diminta bertanya, setelah itu kembali duduk manis dan membiarkan para kandidat ‘cakar-cakaran’ sendiri membahas pertanyaan tersebut.

Artikel Terkait

Leave a Comment