samudrafakta.com

Peci Hitam Bung Karno: Simbol Perlawanan terhadap Penjajahan dan Kebotakan

Sukarno identik dengan outfit berupa peci hitam. Apa pun busana yang dia kenakan, peci hitam selalu bertengger di kepalanya. Bukan sekadar aksesoris penutup kepala, peci hitam Sukarno membawa banyak makna.

Bung Karno mulai membiasakan diri memakai peci hitam sejak kuliah di Bandung. Mula-mula dia memilih peci hitam sebagai aksesoris tetapnya untuk menutupi fakta rambutnya yang kian menipis sejak zaman kuliah.

Penipisan rambut Sukarno seringkali menjadi bahan candaan teman-temannya di kampus. Kata mereka, rambut Sukarno makin habis gegara kebanyakan keramas setelah berhubungan dengan istrinya.

Namun, bukan Bung Karno jika sampai kehabisan akal untuk menangkis serangan verbal seperti itu. Dia pun berusaha mencari ‘senjata’ untuk ‘melawan kebotakan’ dan ‘perundungan’ dari teman-temannya.

Akhirnya pilihan Bung Karno jatuh pada peci hitam.

Dan bukan Sukarno jika memilih sesuatu tanpa landasan ideologis. Dia memilih peci bukan asal pilih. Salah satu alasannya adalah, menurut dia, karena peci hitam pada masa tersebut sangat identik dengan rakyat jelata di Nusantara. Pada saat itu, peci hitam hanya dipakai oleh pribumi, bukan oleh raja, petinggi, ataupun bangsawan.

Baca Juga :   Brasilia Menginspirasi Sukarno untuk Memindahkan Ibu Kota Negara

Dengan peci hitamnya, Bung Karno sekaligus ingin menegaskan bahwa dia adalah bagian dari rakyat jelata, kendati dia adalah orang yang terpelajar—yang kala itu digolongkan sebagai kalangan menengah ke atas, bukan kalangan jelata. Dia juga menegaskan posisinya sebagai pejuang atas nama rakyat.

“Peci yang memberikan sifat khas perorangan ini, seperti yang dipakai pekerja‐pekerja dari bangsa Melayu, adalah asli kepunyaan rakyat kita. Namanya malahan berasal dari penakluk kita. Perkataan Belanda ‘pet’ berarti ‘kopiah’. ‘Je’ maksudnya ‘kecil’. Perkataan itu sebenarnya ‘petje’ (peci—red),” katanya, dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Berbekal alasan praksis dan ideologis itulah saat kuliah di Bandung Bung Karno istikamah mengenakan peci hitam. “Jadi dapat dibayangkan, betapa menyenangkan masa yang kulalui untuk beberapa waktu. Salah satu bagian daripada egoisme ini adalah berkat suksesku dalam pemakaian peci, kopiah beludru hitam yang menjadi tanda pengenalku, dan menjadikannya sebagai lambang kebangsaan kami.”

Artikel Terkait

Leave a Comment